Islam Nusantara, Harus Bedakan Antara Agama dan Budaya

Rais Syuriah PBNU, Ali Musthafa Yakub (foto: hidayatullah.com)
MediaTangerang.com, - Istilah “Islam Nusantara” yang kini ramai jadi gunjingan dan aktif dipromosikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin terkesan tak tepat jika harus menyeragamkan aturan main muslim ke dalam budaya.

Penggunaan istilah tersebut sengaja dihadapkan dengan terminologi, “Islam Transnasional” yang diproduksi dan untuk menyebut kelompok warga muslim yang menginginkan berlangsungya syariat Islam secara legal formal dan memiliki jaringan hingga ke Timur Tengah. Tak hanya itu, istilah itu makin mengental saat muncul cara praktek pembacaan Quran dengan langgam Jawa di Istana Negara Jakarta saat peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw 1436 beberapa waktu lalu.

Presiden Jokowi pun belakangan mengakui istilah itu dalam sejumlah kesempatan.

“Kalau “Islam Nusantara” itu Islam di Nusantara, maka tepat. Kalau “Islam Nusantara” itu Islam yang bercorak budaya Nusantara, dengan catatan selama budaya Nusantara itu tidak bertentangan dengan Islam, maka itu juga tepat. Namun kalau “Islam Nusantara” itu Islam yang bersumber dari apa yang ada di Nusantara, maka itu tidak tepat. Sebab sumber agama Islam itu Alquran dan Hadis,” terang Rais Syuriah PBNU, Ali Musthafa Yakub seperti dikutip LensaIndonesia.com, Kamis (2/7/2015).
 
Menurut imam besar Masjid Istiqlal, Jakarta itu, segala yang datang dari nabi itu hanya dua yakni agama dan budaya.

“Yang wajib kita ikuti adalah agama, akidah dan ibadah. Itu wajib, tidak bisa ditawar lagi. Tapi kalau budaya, kita boleh ikuti dan boleh juga tidak diikuti. Contoh budaya: Nabi pakai sorban, naik unta, dan makan roti,” ungkap ia.

Mengomentari maraknya penggunaan istilah Islam Nusantara, lanjut ia, sepanjang tak bertentangan dengan ajaran Islam, maka boleh diikuti.“Saya pakai sarung itu budaya Nusantara dan itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Shalat pakai koteka itu juga budaya Nusantara, tapi itu bertentangan dengan ajaran Islam, maka itu tidak boleh. Jadi harus dibedakan antara agama dan budaya,” tandas ia.
 
Sumber: Lensa Indonesia


Sumber
via Media Tangerang

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama