Bekasimedia – Kisah sukses Priyalinov, trainer dan motivator di Komunitas Saudagar Bekasi Timur tidak terlepas dari kerja keras dan juga contoh yang baik dari kedua orangtuanya yang juga pekerja keras. Menjadi pendiri dari beberapa lembaga dan menjadi motivator saat ini mungkin tidak pernah terbayangkan di masa lalu, karena menjadi anak dari seorang pegawai rendahan memang kedengarannya kurang nyaman. Meskipun notabene ayahnya bekerja di perusahaan ternama sekali pun. Harapan hidup sepertinya selalu tidak berpihak kepadanya. Itulah yang dialami Prialinov, anak ketujuh dari 9 bersaudara ini mungkin tidak menyangka kehidupan akan membawanya sampai ke titik ini.
Dahulu, ia hidup dalam keadaan serba prihatin. Meskipun ayahnya bekerja sebagai pegawai golongan II A di PDAM dan bergaji “delapan koma”. Bukan delapan koma dalam bentuk jutaan rupiah melainkan gaji yang akan selalu habis bahkan sebelum pertengahan bulan dan harus kasbon karena membiayai sembilan anak tentunya bukan perkara mudah dan butuh penghasilan lebih. Kondisi tersebut akhirnya memaksa sang ibu untuk membantu mencari nafkah juga. Seperti dituturkan Prialinov, saking tangguhnya sang ibu, masing-masing anak mempunyai julukannya sendiri.
Suatu ketika, sewaktu Priyalinov masih duduk di bangku SMP, Ayahnya mengatakan sesuatu kepadanya. Sampai saat ini Prialinov bahkan masih terngiang-ngiang dengan ucapan sang ayah yang dianggapnya sebagai ultimatum saat itu bahwa ia harus lulus sekolah dengan NEM yang besar, agar bisa diterima di sekolah negeri. Karena kalau harus masuk ke sekolah swasta, ayahnya merasa tidak akan mampu membiayai apalagi ia hampir pensiun. Ayahnya memang tidak bercanda. Terbukti, dua kakak Prialinov harus puas lulus SMP saja.
Bagi Priyalinov, ultimatum ayahnya saat itu menjadi cambuk baginya untuk meraih nilai terbaik saat lulus SMP agar bisa diterima di sekolah negeri. Dengan mengandalkan semangat Man Jadda Wa Jada Priyalinov pun belajar dengan sungguh-sungguh dan akhirnya perjuangannya tidak sia-sia. Ia lulus dengan nilai memuaskan. NEM-nya 42 sedangkan NEM terendah yang bisa masuk sekolah negeri adalah 30. Akhirnya ia dapat masuk ke SMAN 5 Kemayoran, Jakarta.
Sebuah ungkapan bijak mengatakan, “If there is a will, there is a way. Di mana ada keinginan, di situ pasti ada jalan.” Itulah yang diamini Prialinov dan cerita di atas adalah sekelumit saja kisah yang dialami Priyalinov. semangatnya untuk mencapai apa yang ia inginkan akhirnya berbuah hasil. Meskipun lika-liku perjalanannya tidak mudah. Namun sekarang ia dapat merasakan hasil dari tempaan hidup itu.
Bahkan di antara kedelapan saudaranya, hanya ia yang mampu melanjutkan ke jenjang S2, bahkan sempat diminta “ngampus” lagi oleh rektornya waktu itu. Kini ia menjadi pendiri Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang sosial dan konsultasi bisnis. Ia juga menjadi motivator bagi para calon pengusaha hingga ia bergabung dengan Komunitas Saudagar Bekasi Timur.
Ada pun lembaga-lembaga yang ia gagas antara lain: lembaga 2LiveConsulting, Lembaga Peduli Anak Sejahtera, Yayasan Aldiin Spirit Alamiyah, Citra Generasi Bangsa juga komunitas Sales Marketing Grup serta Komunitas Membangun Kualitas Pribadi Unggul (MKPU).
Untuk berkenalan dengan sosok Priyalinov lebih lanjut, bisa datang langsung ke kantornya yang beralamat di:
Jl.Bahagia 1 No.2
Perum Margahayu Jaya
Bekasi Timur
Telp 0218823468
Hp 085693300453
Atau bisa mention di media sosial Twitter lewat akun @priyalinov.
(anr)
The post Kisah Sang Motivator Priyalinov: Ultimatum Sang Ayah Jadi Jalan Menuju Sukses appeared first on Bekasi Media.
Sumber Suara Jakarta