Bekasimedia – Forum Dekan Ekonomi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia kembali menggelar kajian yang diadakan di Universitas Muhammadiyah (UM) Pontianak, Kalimantan Barat pada tanggal 26-27 November lalu.
Dalam pertemuan ini, para dekan Muhammadiyah beranggapan bahwa perekonomian nasional pada tahun 2016 akan terseret dinamika dunia. Oleh sebab itu, mereka menilai para pemangku kebijakan publik harus mengambil strategi dalam menyikapi masalah ini untuk memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia kedepannya.
“Ada empat kekuatan yang menyeret ekonomi nasional, yaitu melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, ketidakpastian kebijakan Federal Reserve AS, melemahnya daya serap dunia, seperti Tiongkok, dan kondisi geo-politik global yang tidak menentu,” kata Mukhaer Pakkanna, selaku jubir Forum Dekan Ekonomi yang dikutip dari Kiblat.net.
Mukhaer juga menegaskan, untuk menghindari kerapuhan ekonomi pada tahun 2016 nanti, ia merekomendasikan beberapa langkah seperti penguatan basis produksi dan konsumsi nasional. Dalam langkah ini pemerintah diharapkan dapat fokus mengembangkan produksi berbasis substitusi impor yang lebih beriorentasi pada karya dan memiliki kandungan lokal tinggi.
“Sayangnya sampai saat ini pemerintah belum benar-benar terbukti serius mengupayakan pengurangan kebergantungan terhadap produk barang modal, bahan baku, dan bahan penolong dari luar negeri,” imbuhnya.
Selain itu, solusi lainnya, pemerintah harus menguatkan basis dalam negeri. Muhammadiyah menilai pengamanan produksi dalam negeri dari gangguan impor, memperluas pasar, serta memberikan peluang sebesar-besarnya bagi wirausaha nasional dalam memasok kebutuhan luar negeri akan membuat ekonomi nasional terselamatkan di tahun 2016.
Dan poin terakhir sikap yang mesti diambil oleh pemerintah adalah berkenan dengan akses kredit. Pada tahun 2016 diperlukan pemihakan pada pembiayaan usaha kecil dan mikro. Peningkatan akses kredit pada jenis usaha ini dinilai sangat penting di tengah pelemahan ekonomi dunia dan nasional yang secara umum masih ditopang oleh kinerja korporasi besar.
Mukhaer menambahkan pengucuran kredit ke sektor pertanian, perdagangan, ekonomi kreatif, industri padat karya, dianggap dapat menciptakan pergerakan kegiatan ekonomi masyarakat menengah ke bawah dan menjaga daya beli.
Di samping itu, data membuktikan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp. 5.104 triliun sampai bulan September 2015 lalu tidak hanya dilokasikan pada sektor korporasi besar saja, saat ini porsi kredit ke korporasi besar sudah mencapai 85%.
“Hal ini sensitif terhadap pertumbuhan PDB yang tinggi. Oleh sebab itu, perlu adanya alokasi ke sektor yang sensitif terhadap perluasan kesempatan kerja yang diperankan oleh usaha kecil dan mikro,” tandasnya. (CJ2)
The post Inilah 3 Poin Konstruksi Ekonomi 2016 Versi Ekonom Muhammadiyah appeared first on Bekasi Media.
Sumber Suara Jakarta