Bekasimedia – Pasar Malabar Tangerang merupakan pasar tradisional yang tak pernah sepi. Lokasi pasar yang berdekatan dengan sekolah, baik SD, SMP maupun SMA, menjadikan pasar ini selalu ramai dari pagi hingga malam. Keramaian inilah yang memunculkan beragam profesi di pasar ini. Bukan hanya pedagang, tetapi juga profesi lainnya seperti tukang semir sepatu, tukang ojeg sampai penarik becak ada disini.
Salah satu dari mereka yang mencari nafkah di Pasar Malabar, Tangerang ini adalah Hendi, pria kelahiran Mojokerto, 14 November 1991 yang telah menjalani profesinya sebagai penjaga lapak sayuran di Pasar Malabar, Tangerang sejak tahun 2014.
Saat ditemui pada Selasa (31/5/16), Hendi mengaku omset lapak sayuran yang dijaganya hanya berkisar antara 1 hingga 3 juta rupiah perhari. Menurutnya pagi dan malam hari lebih ramai daripada siang hari.
Sebelumnya dia bekerja sebagai kuli bangunan di kampungnya, penghasilannya perbulan Rp.900.000, sedangkan sekarang penghasilan dia sebagai penjaga lapak sayuran perbulan 3 juta rupiah dan jika lagi ramai pembeli di kios sayurannya, dia bisa mendapatkan penghasilan tambahan sebesar seratus sampai dua ratus ribu rupiah perhari.
Hendi dan ketiga rekannya bekerja dengan sistem shift, jika masuk siang, ia mulai bekerja dari pukul 12 siang hingga pukul 12 malam. Sepekan sekali mereka berganti shift.
Persaingan mendapatkan pelanggan semakin lama semakin sulit. Terlebih lagi mereka, para pedagang harus bersaing dengan pedagang lainnya di pasar. Saat ini belum ada keinginan untuk berganti profesi bagi pria kelahiran Mojokerto tersebut.
Hendi menerima keadaannya sebagai penjaga lapak sayuran, selama penghasilannya dapat memenuhi kebutuhan dirinya, baginya itu sudah cukup. “Ingin sih berganti profesi, tapi jika ingin berganti profesi kan butuh keahlian dan modal. Saat ini saya tidak mempunyai modal dan keahlian untuk menjangkau pekerjaan lain. Yah, menerima apa adanya saja, mensyukuri saja yang sudah didapat,” jelas Hendi.
Hendi tinggal di rumah kontrakan Perumahan Aster, Cibodas, Tangerang. Tempat Hendi tinggal dekat dengan Pasar Malabar. Hanya setahun sekali saat lebaran tiba Hendi dapat mengunjungi saudara-saudaranya di kampung. “Iya inilah dukanya menjadi pedagang sayur di pasar, jauh dari keluarga. Kadang-kadang kangen keluarga, tapi mau bagaimana lagi saya harus disini bekerja,” katanya.
Selain itu, dukanya menjadi penjaga lapak sayuran adalah saat para pembeli komentar tentang kenaikan harga barang pokok yang sedang terjadi, seperti sekarang yang sedang terjadi kenaikan harga bawang merah dan bawang putih yang menjulang tinggi, untuk bawang merah satu kilogramnya Rp. 45.000, sedangkan untuk bawang putih satu kilogramnya Rp.35.000. “Saya bilang kepada para pembeli yang berkomentar tentang kenaikan harga barang pokok, memang sudah dari pasar induk harga kenaikan barang pokoknya mahal dan juga efek menjelang puasa, makanya semuanya barang pokok naik. Tetapi ada juga para pembeli yang minta pengurangan harga jika mereka membeli barang dagangan saya banyak, saya memberikannya pengurangannya Rp. 1.000 sampai Rp.2.000 rupiah,” jelas Hendi.
Menurut Hendi, jika ia memberikan pengurangan harga kepada para pembeli, modal dagangan dan penghasilan tidak ada timbal baliknya dan tidak ada keuntungannya.
Satu lagi yang menjadi tantangan bagi dirinya yaitu jika ada para pembeli yang marah terhadap kenaikan harga barang pokok. Hendi pernah ditegur oleh bosnya alias pemilik kios dagangan sayuran karena melakukan kesalahan dalam penghitungan penghasilan berjualan dalam satu hari. Beruntungnya disana Hendi hanya ditegur oleh bosnya alias pemilik kios dagangan sayuran tersebut dan tidak dikenakan denda apapun.
“Sekarang, beliau tidak berani menegur saya, beliau hanya mengurangi penghasilan saya satu hari, jika saya melakukan kesalahan dalam penghitungan hasil dagangan saya hari ini,” katanya.
Hendi memang tidak memiliki penghasilan yang besar, tetapi dia tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dia mengerti bahwa sebagai asisten pedagang penghasilan yang tak seberapa tetapi bisa melakukan segala sesuatu yang baik.
Dengan terus bersyukur, semua terasa cukup bagi Hendi, karena menurut dia, mumpung belum menikah, ia bisa memakai penghasilannya untuk membatu saudara-saudaranya di kampung, “karena saya mengetahui pekerjaan saya sekarang, saya dapatkan berkat kakak perempuan saya yang terus mendorong hingga saya sampai sekarang, saya dapat menjalankan pekerjaan saya dengan ikhlas dan tulus,” jelasnya.
“Karena saya percaya dan yakin, jika saya ikhlas dan tulus melakukan pekerjaan, Insya Allah Yang Maha Kuasa akan diberikan rezeki yang berlimpah untuk saya. Semoga apa yang telah saya kerjakan sekarang dapat bermanfaat dan berguna bagi kehidupan saya dan keluarga saya kelak nantinya,” pintanya.
***
Febi Larasati Siahaan
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta
The post Suka Duka Hendi, Penjaga Lapak Sayuran di Pasar Malabar Tangerang appeared first on BEKASIMEDIA.COM.
Sumber Suara Jakarta