Mampukah Ibadah Puasa Ramadhan Kita Memperbaharui Iman dan Karakter Kita?

Suatu ketika Imam Ahmad atau Abu Anas sedang berkumpul dengan para muridnya di bulan Ramadhan – mirip-mirip buka puasa bersama zaman sekarang – Namun tiba-tiba para muridnya melihat kesedihan yang sangat mendalam di muka Sang Guru (Imam Ahmad). Tanpa terasa air matanya menetes dan seraya menangis dalam kesedihan yang mendalam. Para muridnya bertanya kepada Sang Imam;

“Wahai Imam apakah yang menyebabkan anda menangis, apakah karena hidangan yang engkau hidangkan atau karena sikap, perilaku dan akhlak kami yang hadir disini?”

Sang Imam akhirnya menjawab;

“Wahai murid-muridku aku menangis bukan karena makanan yang aku hidangkan atau karena sikap, perilaku dan akhlak kalian, tapi aku menangis karena aku mengingat Rasulullah saat beliau berbuka pusa di bulan Ramadhan. Beliau berpuasa hanya beberapa butir kurma dan minum hanya satu dua teguk air. Sementara kita makan dan minum dengan sedemikian beragamnya.”

Para murid pun akhirnya memahami mengapa Sang Guru yang juga Imam yang dihormati itu menangis. Inilah sebuah contoh teladan akhlak dari generasi sahabat dan tabiin dalam menjunjung nilai-nilai luhur akhlak.

Jika kita bandingkan dengan generasi sekarang, terlihat sangat jomplang. Jika dulu junjungan nabi kita Muhammad SAW jarang tertawa sering menangis, maka sekarang sebaliknya. Jika dulu beliau sedikit makan sering puasa maka sekarang sebaliknya. Jika dulu beliau sedikit tidur sering shalat malam, maka sekarang kita sebaliknya.

Meski sama-sama sedikit namun berbeda konteknya kalau orang kita sekarang, sedikit-sedikit makan, sedikit-sedikit ketawa atau sedikit-sedikit tidur, sehingga karena sedikit-lama kelamaan menjadi bukit alias banyak. Jadi kita banyak makan, banyak ketawa dan banyak tidurnya. Sementara Rosulullah adalah sebaliknya.

Bagaimana caranya agar ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan suci Ramadhan ini mampu merubah diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, bangsa dan negara kita ke arah yang lebih baik? Sebagaimana tujuan puasa yang ada dalam surat Al Baqarah (2) ayat 183.

Agar puasa kita bisa mencontoh ulat bukan puasanya ular. Kalau ulat berpuasa mampu merubah dirinya dari mulai ulat, kepongpong sampai akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah. Sementara ular berpuasa tapi yang berubah hanya ganti bajunya saja, sifat dan karakternya tetap saja jadi ular, yang sangat menakutkan semua orang dan tidak nampak kasih sayang dan keindahannya.

Maka paling tidak ada empat hal yang harus kita perhatikan agar kita berubah menjadi orang-orang yang bertaqwa.

Keempat hal ini merupakan definisi TAQWA menurut sahabat Ali Bin Abi Thalib.

Pertama

Imanu atau alkhoufi biljalil
(percaya dan takut kepada zat yang Maha Luhur, Allah SWT)

Kedua

Amalu atau alhayati bit tanziil
(bekerja dan beramal dengan apa-apa yang telah dituntunkan-Nya, Al-Quran)

Ketiga
Al isti’dadu atau at tazawadu liyaumir rokhil
(mempersiapkan diri dan berbekal untuk kehidupan negeri Akhirat, Hari Kiamat)

Keempat
Arridh atau al-wonaatu bil qoliil (Ikhlas ridho dan merasa cukup atas apa yang sedikit, Nikmat Dunia)

Mari kita tadabburi ayat dan haditsnya :

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

QS. Fathir (35) ayat 28

مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

QS. Al-Hasyr (59) ayat 7

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?

تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.

QS. As-Shaf (61) ayat 20-12

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

QS. Ar-Rahman (55) ayat 34 dan diulang-ulang pada ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77 sebanyak 31 kali Allah mengulangnya ayat tersebut dalam Al-Quran.

قال رسول الله صلعم : اذا كان يوم صوم احدكم فلايرفث ولا يصخب فان سابه احد اوقاتله فليقل : اني صائم (رواه متفق عليه)

Artinya :

Rasulullah SAW bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan gaduh. Jika ada seorang memakinya  atau memusuhinya, hendaklah ia (orang yang berpuasa) mengucapkan : Sesungguhnya saya sedang berpuasa.”

H.R. Bukhari dan Muslim

Rasulullah SAW bersabda :

ان هذا القران نزل بخزن فان قرأتموه فابكوا فان لم تبكوا فتباكوا…

Artinya :
“Sesungguhnya Alquran ITU diturunkan dengan kesedihan, Maka jika kamu membacanya, hendaklah kamu menangis, jika kamu tidal menangis, Mana buatlah seolah-olah dirimu menangis.” (Kitab Haditsu Tsulasa’, Hasan Al Banna rohimahullah)

Sedangkan Fudhoil Bin ‘Iyadh RA mengatakan :

“Penghafal Alquran adalah pembawa panji Islam, tidak pantas baginya bermain-main bersama orang-orang yang suka bermain, tidak lupa diri dengan orang yang lupa diri, tidak berkata yang laghwu (tidak ada nilainya) bersama orang-orang yang suka berkata laghwu. Itu semua perlu dilakukan untuk menjaga keagungan haq Al Quran.”

Renungan ini adalah resume pada Ceramah Ifthar Jamai Keluarga Besar Guru dan Karyawan SDIT Thariq Bin Ziyad Tambun Selatan oleh Bapak Drs. H. Muhammad (15/06).

Semoga kita bisa lulus dalam menghadapi ujian dalam ibadah puasa dan ibadah selama bulan suci Ramadhan. Sehingga kita dapat berubah menjadi manusia baru jiwa dan kepribadiannya yaitu yang beriman dan bertakwa.

Wallahu ‘alam.

Bekasi, 15/06/16

@dimyat1

The post Mampukah Ibadah Puasa Ramadhan Kita Memperbaharui Iman dan Karakter Kita? appeared first on BEKASIMEDIA.COM.



Sumber Suara Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama