Persiapkan Diri Menjemput Lailatul Qadar di 10 Malam Terakhir

Pemirsa kolega sahabat shoimin-shoimat dan pembaca yang budiman, pada Tadabur Harian Ramadhan edisi ke duabelas ini penulis mengetengahkan resume qultum dari salah satu anggota Forum Silaturahim Elemen Muslim Ba’da Shubuh (SEMBUH-FSMM) Bumi Anggrek – Mutiara Gading 2 Tambun Utara yaitu Ustadz Abu Rizky Al-Jambary (Dody Elza) dalam rangka persiapan mengisi 10 hari terakhir bulan ramadhan.

إنِ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا و أَنْنمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أما بعد:

فإن أحسن الحديث كلام الله و خير الهدي هدي محمد ـ صلى الله عليه و آله و سلم ـ

Firman Allah subhanahu wa ta’alaa dalam surat al-Qadr ayat pertama:

إِ نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”

Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.

“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan,” (Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)

yang saya ingin bahas dalam kesempatan berbahagia ini ada beberapa aspek; Aspek Spiritualitas, Aspek Pilihan Waktu, dan Aspek Sains. Sehingga didalam menghadirkan ibadah, kita bisa memenuhi semua ruang, batin, akal maupun nurani.

Aspek Spiritualitas

Aspek ini terlihat pada 10 Malam Terakhir adalah Psikologi Massa pada bulan Ramadhan, makin dikerjakan banyak orang makin ringan mengerjakannya. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, Filosofi sapu lidi, kalau ada teman kita yang rajin, maka kita akan lebih mudah ikut rajin beribadah. Maka tatkala di bulan Ramadhan kita dikelilingi oleh banyak orang yang juga menjalani ritme hidup yang sama, tidak ada perasaan asing atau melawan arus, bahasa sederhananya kondusif.

Aspek Pilihan Waktu

Pendapat bagus syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury di Kitab Sirahnya tentang kapan awal permulaan wahyu. Dalam kitab sirahnya, beliau menjelaskan bahwa memang ada perbedaan pendapat diantara pakar sejarah tentang kapan awal mula turunnya wahyu, yaitu turunnya surat Al-Alaq: 1-5. Beliau menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21. Beliau mengatakan:

“Kami menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21, sekalipun kami tidak melihat orang yang menguatkan pendapat ini. Sebab semua pakar biografi atau setidak-tidaknya mayoritas di antara mereka sepakat bahwa beliau diangkat menjadi Rasul pada hari senin, hal ini diperkuat oleh riwayat para imam hadits, dari Abu Qotadah radliyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari senin. Maka beliau menjawab,

“Pada hari inilah aku dilahirkan dan pada hari ini pula turun wahyu (yang pertama) kepadaku.”

Dalam lafdz lain disebutkan, “Itulah hari aku dilahirkan dan pada hari itu pula aku diutus sebagai rasul atau turun wahyu kepadaku”

Lihat shahih Muslim 1/368; Ahmad 5/299, Al-Baihaqi 4/286-300, Al-Hakim 2/602.

Hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu adalah jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28. Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa Lailatul Qodar tidak jatuh kecuali pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Jadi jika kami membandingkan antara firman Allah, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatul Qodar”, dengan riwayat Abu Qotadah, bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada hari senin, serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang jatuhnya hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu, maka jelaslah bagi kami bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada malam tanggal 21 dari Bulan Ramadhan. (Lihat Kitab Siroh Nabawiyyah oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury Bab Di Bawah Naungan Nubuwah, hal. 58 pustaka al-Kautsar)

Artinya Lailatul Qadr adalah bertepatan dengan Nuzulul Qur’an (Turunnya Al Qur’an) Saya Istilahkan Lailatul Qadr = Nuzulul Qur’an yakni fase “Membumikan Al Qur’an”.

Sedangkan isra mi’raj, bila kita tinjau dari sisi pewahyuan nya saja bisa kita perhatikan seksama bahwa terjadinya Isra Mi’raj adalah di waktu malam.

Para Ilmuwan baik dari kalangan sastrawan, sejarah maupun agama, sepakat bahwa Malam hari adalah waktu yang lebih “dekat” dengan Allah. Meminjam idiom jawa “awan ngupoyo upo, bengi ngupoyo dungo”. Siang hari upaya (nasi) dunia, malamnya memanjatkan doa.

Isra Mi’raj adalah fase Charging Jiwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam tatkala berada di titik nadzir, Orang yang dicintai wafat, setelah kakek, disusul Istri tercinta, Donatur Dakwah Utama, Belahan Jiwa, tandas.

Ketika pulang dari Mi’raj, beliau ‘alaihi sholatu wasalam FULLY CHARGED.

Kesimpulannya adalah pemilihan waktu yang Allah jadikan di dua malam istimewa tadi, adalah bentuk keseimbangan hidup manusia; Isra Mi’raj adalah proses melangitkan manusia sedangkan Nuzulul Qur’an adalah proses membumikan Al-Qur’an. Titik tekannya adalah dibumikan Al-Quran untuk melangitkan manusia.

Disinilah kita melihat makin kuat korelasi mengapa Ramadhan disebut Syahrul Qur’an, dan pahala tilawah begitu dikejar oleh begitu banyak ulama, terutama dari kalangan salafus shaleh. Imam Syafi’i 60 kali khatam dalam sebulan, Abdullah bin Amr bin Ash sehari khatam, dan sederet lagi nama lain selain baginda nabi tercinta kita Muhammad SAW.

Aspek Sains

Musnad Ahmad 21702 Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tanda-tanda lailatul qadar adalah malam yang terang sepertinya ada rembulan terbit, tenang, sunyi, tidak dingin, tidak panas, tidak dihalalkan bagi bintang-bintang untuk dilemparkan di malam itu hingga pagi, dan tanda-tandanya adalah di pagi harinya matahari terbit merata, pancaran cahayanya tidak seperti rembulan di malam purnama, dan tidak halal bagi setan untuk keluar di saat itu.”

Rajendra Kartawiria, Quranic Quotient Centre menyatakan dalam ilmu astronomi, Radiasi Matahari memiliki siklus 11 tahun. Tahun 2007 sendiri merupakan pengakhiran dari siklus ke 23 sejak pengamatan pertama pada abad 18. Bumi dilindungi Magnestosphere, sehingga kesan gelombang radiasi tidak terjadi pada sisi bumi yang menghadap matahari (siang hari). Ketika gelombang radiasi matahari datang, imbasnya berdampak pada bagian bumi yang membelakangi matahari (malam hari).

Sejarah para nabi menunjukkan bahwa mereka sering merenungkan hakikat kehidupan, bertapa, pada setiap bulan Ramadhan.

Secara umum wahyu-wahyu tentang ajaran agama yang memerlukan tahap pemahaman yang tinggi, banyak diturunkan di malam-malam bulan Ramadhan. Penataan ayat-ayat Al Quran ke dalam surah-surah seperti yang wujud ketika ini, dilakukan Nabi Muhammad SAW pada malam-malam bulan Ramadhan. Umat Islam diajak untuk menghidupkan malam-malam di bulan Ramadhan. Lebih utama adalah i’tikaf di masjid pada 10 malam terakhir, pada malam-malam sebelum dan setelah Lailatul Qadr.

Siklus satu tahunan (hijriyah) bernilai 1000 x bulan purnama. Malam yang nilainya 1000 bulan purnama adalah Lailatul Qadr yang terjadi di bulan Ramadhan. Jadi siklus badai matahari yang berulang setiap satu tahun (hijriyah) terjadi setiap bulan Ramadhan.

Maka mengapa kita diminta untuk mengoptimalkan ibadah? Berikut ini alasannya :

Untuk dapat beribadah pada malam Ramadhan diperlukan tenaga ekstra. Kenyataannya puasa siang hari bukanlah menyebabkan tubuh kekurangan/kehabisan tenaga.

Oleh sebab itu puasa hanya menggunakan 10% tenaga tubuh  karena tidak digunakan untuk mencerna makanan. Tenaga yang digunakan ini sangat membantu pemahaman pelajaran di malam hari. Bisa digunakan untuk memahami Al Quran di malam hari. Detoksifikasi dan manajemen tenaga di siang hari. Kembali fitrah setelah berpuasa 29 atau 30 hari berturut-turut.

Demikian paparan ini semoga bisa difahami karena penjelasan sesungguhnya tidak sesederhana di atas tadi. Penjelasan lebih lengkap bisa klik disini.

Mohon maaf jika paparannya kurang bisa difahami karena memang muslim wajib berilmu. Wallahu a’lam bishowab.

Bekasi, 17/06/16

@dimyat1

The post Persiapkan Diri Menjemput Lailatul Qadar di 10 Malam Terakhir appeared first on BEKASIMEDIA.COM.



Sumber Suara Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama