Setiap ibadah dalam Islam termasuk ibadah puasa Ramadhan seperti sekarang ini, selain mengandung aspek yang sakral dan ritual juga mengandung aspek sosial dan moral.
Dengan kata lain bahwa kesalehan individual saja tidak cukup dalam Islam, atau begitu juga sebaliknya hanya kesalehan sosial saja yang dikejar tanpa memperhatikan kesalehan personal.
Puasa dan rangkian amaliah Ramadhan pada hakikatnya adalah untuk membentuk kesalehan individual atau personal (pribadi taqwa) dan membangun kesalehan sosial atau komunal (masyarakat taqwa).
Dengan demikian maka dalam sistem ajaran dan masyarakat Islam tidak ada individu yang terpisah, semuanya akan terkoneksi secara langsung atau tidak langsung dengan jamaah atau bagian dari berjamaah.
Inilah persatuan yang sesungguhnya, persatuan yang hakiki, persatuan yang bukan hanya dibangun atas dasar suku, ras atau antar golongan tetapi persatuan yang didasarkan pada ketuhanan, keimanan atau keyakinan.
Namun demikian, Islam juga tidak hanya membatasi persatuan pada asas keimanan atau keyakinan tapi ada juga persatuan yang dibangun diatas asas musyawarah atau akad kesepakatan, seperti apa yang terjadi dizaman Rosulullah ada Piagam Madinah dan ada juga Perjanjian Hudaibiyah.
Begitu juga di zaman modern seperti saat ini, bangsa ini dibangun atas dasar atau asas kesepakatan para founding father, yang sekarang kita kenal dengan sebutan Pancasila dimana didalamnya ada sila Ketuhanan Yang Maha Esa (sila pertama), Kemanusiaan (sila kedua), Persatuan (sila ketiga), Kerakyatan dan Hikmah Kebijaksanaan (sila keempat) serta Keadilan Sosial (sila kelima).
Tiga hari lalu penulis menyaksikan dialog di TVRI dengan tema “Ramadhan Yang Menyatukan” dengan menghadirkan pembicara dari tokoh-tokoh Islam dan tokoh diluar agama Islam. Setelah tiga pembicara pertama memaparkan temanya yang spesifik tentang Pancasila mulai dari Dr. Hidayat Nur Wahid, Frans Magis Suseno dan Prof. Azyumardi Azra dilanjutkan pemaparan dari Ormas keagamaan mulai dari NU, Muhammadiyah, PGI dll.
Kesimpulan yang dapat penulis tangkap dari dialog TVRI tersebut antara lain; Peran ulama dan umat Islam sebagai komunitas agama mayoritas negeri tanpa mengesampingkan peran umat beragama yang lainnya telah banyak berperan dalam perjuangan kemerdekaan maupun dalam meletakkan dasar-dasar berdirinya negara.
Meskipun Pancasila sebagai ideologi bangsa yang menjadi titik temu antar umat beragama atau golongan yang ada, dalam perjalanannya mengalami ujian dari ideologi luar. Selain itu ujian lainnya adalah lemahnya keteladanan dan masih adanya masalah penting atau darurat yang muncul di masyarakat seperti darurat korupsi, narkoba, darurat pornografi dan kejahatan seksual lainnya.
Momentum Ramadhan seperti ini adalah momentum yang tepat jika ingin menjalankan dan menuntaskan apa yang pemerintah kita sebut dengan istilah Revolusi Mental atau ulama dan umat Islam menyebutnya dengan Akhlakul Karimah. Dan dari dialog TVRI tersebut penulis melihat semua peserta sepakat peran agama dan keagamaan, perbedaan suku, bahasa, agama serta keragaman tidak bisa ditinggalkan atau dikesampingkan.
Semoga dengan rangkaian amaliah ibadah yang maraton selama sebulan penuh dilakukan oleh umat muslim di Indonesia dan negara lainnya dunia melahirkan dampak kesholeha dan ketaqwaan bukan hanya pada tataran pribadi juga tercermin dalam kesalehan dan ketaqwaan secara komunal atau sosial.
Sebagai penutup Tadabur Harian Ramadhan (THR) edisi ke delapan mari kita tadaburi ayat dan hadits di bawah ini :
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan),
شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ ۚ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.
وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.
QS. Ibrahim (16) ayat 120-122
عن حذيفة بن اليمان عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : والذي نفسي بيده لتأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر او ليوشكن الله ان يبعث عليكم عقابا منه ثم تدعونه فلا يستجاب لكم …
Artinya :
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman dari Nabi SAW bersabda : “Demi dzat yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah engkau melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau jika tidak Allah hampir mengirim azab-Nya, kemudian engkau berdoa tapi tidak dikabulkan”.
(Hadits Riwayat At-Tirmidzi dan Ahmad)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Jika salah seorang di antara kalian selesai tasyahud akhir (sebelum salam), mintalah perlindungan pada Allah dari empat hal: (1) siksa neraka jahannam, (2) siksa kubur, (3) penyimpangan ketika hidup dan mati, (4) kejelekan Al Masih Ad Dajjal.” (HR. Muslim no. 588).
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. QS. 2 : 186
Semoga doa dan harapan kita semua di bulan Ramadhan yang penuh rahmat, berkah dan ampunan ini Allah kabulkan baik hajat pribadi, hajat keluarga, hajat masyarakat berbangsa dan bernegara.
Wallahu’alam.
Bekasi, 13/06/16
@dimyat1
The post Ramadhan Yang Menyatukan dan Berkah Kesalehan Sosial appeared first on BEKASIMEDIA.COM.
Sumber Suara Jakarta