10 Malam Terakhir dan Manajemen I’Tikaf

Belajar dari pengalaman pribadi mulai dari pertama kali tahu model kegiatan i’tikaf pada tahun 1996 di Perumnas Klender Jakarta Timur dan tahun 1998 di Perumahan Jatimulya Bekasi Timur, ternyata setiap kita pasti memiliki pengalaman pribadi dan kesan/pesan tersendiri tentang kegiatan i’tikaf. Baik itu i’tikaf yang dilakukan secara sendiri atau secara berjamaah (jama’i). Perbedaannya jika i’tikaf secar sendiri/mandiri tidak tidak terkait dengan manajemen pengelolaan acara i’tikaf secara organisasi, sedangkan i’tikaf jama’i sangat terkait dengan aspek organisasi dan manajemen baik itu manajemen waktu, sumber daya manusia (panitia, peserta, narasumber), sarana dan prasarana, aspek kebersihan, keamanan, kenyamanan, juga aspek yang tak kalah pentingnya adalah manajemen keuangan (pendanaan).

Tujuannya adalah agar i’tikaf benar-benar efektif, bermakna dan produktif baik dari sisi input peserta, acara dan mata acaranya maupun output atau hasil atau tujuan dari i’tikaf itu sendiri. Sudah saatnya ummat islam terutama para aktivis organisasi massa islam (Ormas) atau lembaga keislaman lainnya memikirkan aspek ini. Seiring dengan tumbuhnya pahaman, syiar dan kesadaran kaum muslimin untuk menjalankan salah satu rangkaian ibadah yang utama terutama di sepuluh hari yang terakhir dari bulan suci Ramadhan (asyrul awakhir), yang salah satunya adalah i’tikaf.

Sebagaimana secara teori atau praktek dalam ilmu manajemen pada umumnya, manajemen dalam Islam tidak terlalu jauh berbeda secara teori atau prakteknya, yang paling penting adalah bagaimana spirit atau ruhnya dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kontrol, evaluasi dan pengembangan untuk perbaikan di kemudian hari secara berkelanjutan.

Meskipun pada dasar atau hakikatnya manajemen i’tikaf ini merupakan turun atau pemgembangan dari manajemen masjid secara umum. Dari manajemen pemakmuran masjid maka harus muncul bagaimana manajemen zakat, infaq dan shodaqoh, manajemen dakwah dan tarbiyah islamiyah secara umum atau manjemen pendidikan Al-Quran secara khususnya.

Agar Ramadhan kita menjadi Ramdhan yang produktif, puasa yang kita lakukan puasa yang produktif, pesantren Ramadhan yang produktif, zakat yang produktif dan i’tikafnya pun menjadi i’tikaf yang produktif. Untuk beberap pointer di bawah ini bisa kita jadikan acuan dalam mengatur kegiatan i’tikaf :

Manajemen Panitia, Peserta dan Narasumber Kultum atau Kajian I’tikaf
Dengan terpenuhinya prasarat pertama ini akan menentukan kelancaran dan suksesnya ibadah i’tikaf.

Manajemen Pengelolaan Waktu, Acara dan Jadwal I’tikaf
Dengan terjadwal dan tersusunnya menu acara yang baik dan seimbang atara amal fardhi dengan amal jama’i.

Manajemen Sarana dan Prasarana Masjid Yang Digunakan Tempat untuk I’tikaf

Dengan manajemen sarana dan prasarana yang baik akan membantu dalam kekhusyuan peserta i’tikaf dalam beribadah kepada Allah.

Manajemen Kebersihan, Keamanan, Ketertiban dan Kenyamanan bagi Mu’takifin atau Orang yang Beri’tikaf
Aspek ini tidak kalah pentingnya dalam penyelenggaraan ibadah i’tikaf secara jama’i.

Manajemen Pendanaan dan Sumber Keuangan Selama Berlangsungnya I’tikaf
Keempatnya sangat penting tetapi kurang lengkap jika tidak didukung oleh aspek pendanaan yang cukup, oleh sebab itu panitia dituntut kreativitas dan kemandirian dalam mencari sumber-sumber pendanaan (yang halal dan toyyib).

Dengan bekalan yang ada, Pendidikan, ilmu dan dan langkah-langkah Menejemen seperti di atas semoga kita berharap agar semakin banyak para pemuda yang mau datang dan pergi ke Masjid, memakmurkan masjid dalam rangka beribadah dan semoga menjadi salah satu golongan yang dicintai dan diselamatkan oleh Allah SWT pada hari akhirat kelak. Ketujuh golongan tersebut yaitu :

  1. Pemimpin yang adil
  2. Pemuda/pemudi yang rajin beribadah kepada Allah (siang dan malam)
  3. Pemuda yang hatinya sudah terikat dan terpaut dengan masjid
  4. Dua orang saudara (muslim baik laki-laki atau perempuan) yang saling mencintai karena Allah, baik ketika bersama-sama atau saat berpisah juga karena Allah.
  5.  Seorang pemuda yang diajak oleh seorang wanita untuk berbuat dosa atau berzina lalu ia menjawab “maaf, aku takut kepada Allah”
  6. Seseorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan ikhlas, sehingga tangan kanan yang memberikan dan tangan kirinya tidak tahu-menahunya.
  7. Seseorang yang bangun malam (bergadang/i’tikaf) dalam rangka beribadah dan munajat serta mohon ampuna dan maaf kepada Allah maka dengan khusyunya itu meneteslah air matanya.

Terakhir maka pada Tadabur Harian Ramadhan ke-25 ini mari kita tadaburi ayat berikut ini :

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.

QS. Al-Hadiid (57) ayat 16

حم

Haa Miim

وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ

Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,

أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ

(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,
رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,

QS. Ad-Dukhon (44) ayat 1-6

Dengan suasana yang kondusif maka semoga do’a-do’a yang dipanjatkan juga maqbul dan diijabah, seraya berdoa dengan doa yang umum maupun doa yang khusus untuk kebaikan dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsa dan negaranya.

Allah Swt Menetapkan taqdir seseorang untuk 1 tahun ke depan pada saat Lailatul Qodar karenanya kita dianjurkan untuk berdo’a pada malam itu, berikut ini

Doa Memohon Kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala Taqdir Yang Selalu Baik

عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَّمَهَا هَذَا الدُّعَاءَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ *وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا*

Dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajarinya do’a ini, yaitu; “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan, baik yang cepat (di dunia) maupun yang di tangguhkan (di akhirat), yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Dan aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang cepat (di dunia) maupun yang di tangguhkan (di akhirat), yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan yang di mohonkan hamba-Mu dan Nabi-Mu kepada-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang hamba-Mu dan Nabi-Mu berlindung darinya kepada-Mu. Ya Allah, sungguh aku memohon surga kepada-Mu dan semua yang mendekatkan diriku kepadanya dari perkataan atau perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan semua yang mendekatkan diriku kepadanya dari perkataan dan perbuatan. Serta aku memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan semua ketentuan yang Engkau tentukan kepadaku sebagai kebaikan.
(HR Ibnu Majah 3836 – Shahih)

Semoga dengan manajemen masjid dan manajemen i’tikaf yang baik maka dapat memberikan kesan dan pesan yang baik kepada jamaah atau peserta i’tikaf Ramadhan. Wallahu ‘Alam.

Rumah Allah – Masjid Al-Kautsar, 30/06/16

@dimyat1

The post 10 Malam Terakhir dan Manajemen I’Tikaf appeared first on BEKASIMEDIA.COM.



Sumber Suara Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama