BEKASIMEDIA.COM – Penelitian BPPT dan Fakultas Kedokteran UGM, Universitas Semarang dan pihak-pihak terkait dengan pemberian asupan nasi sagu kepada para penderita penyakit diabetes menunjukkan hasil menggembirakan.
Menurut data, tahun 2010 jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta (Gunawan & Tandra, 1998). Jumlah tersebut diperkirakan pada tahun 2020 meningkat menjadi 8,2 juta dengan prevalensi 4,6% (Wiyono, 2004). Sedangkan menurut WHO (World Health Organization) jumlah penyandang DM tipe 2 di Indonesia dari 8.2 juta di Tahun 2000 menjadi 21.3 juta orang pada Tahun 2030 (Wild et al., 2004).
Gejala serupa juga terjadi di beberapa negara lain. Berdasarkan Diabetes Atlas 5th edition 2012, pada Tahun 2012 diperkirakan ada 371 juta orang atau sekitar 8% dari total penduduk dunia menderita diabetes (usia 20-79 tahun). Angka tersebut diperkirakan akan meningkat lebih dari 45% dalam jangka waktu 18 tahun ke depan menjadi sekitar 551 juta orang atau 10% dari populasi penduduk dunia bila tidak diadakan penanganan dan pencegahan secara serius. Diabetes tipe 2 menjadi ancaman kesehatan penduduk karena jumlahnya mencapai 90-95% dari semua penderita diabetes (Naik et al., 2013).
Penyakit diabetes merupakan penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Ada dua macam penyakit diabetes yaitu IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Millitus) yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel b dalam pankreas dan NIDDM (Non-Insulin-Dependent Diabetes Millitus) yang disebabkan oleh kekurangan reseptor insulin (Burtis et al., 1988). NIDDM biasanya dimulai dari kondisi prediabetes yaitu kondisi hyperglikemia yang dalam kondisi tersebut kadar gula darah puasa lebih dari normal yaitu 100-125mg/dL. Pada saat kadar gula puasa mencapai > 126 mg/dL maka sudah dikatagorikan diabetes. Apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dalam 1 tahun 6-10% penderita prediabetes akan berkembang menjadi diabetes.
Salah satu upaya untuk menekan perkembangan NIDDM adalah mengonsumsi pangan yang memiliki Indeks Glikemik (IG) rendah.
Dalam rangka mengangkat pangan lokal berbasis karbohidrat nonpadi, perlu dilakukan kajian tentang efek kesehatan terhadap keberadaan pangan lokal tersebut. Agar pangan lokal sagu dapat diterima oleh semua kalangan, dari pati sagu dibuatlah bulir-bulir menyerupai beras sehingga disebut beras analog sagu namun sering disebut beras sagu.
Menggunakan beras sagu tersebut dicobakan ke relawan yang sudah memiliki indikasi prediabetes. Pertimbangan relawan prediabetes adalah, relawan tersebut belum mengonsumsi obat sehingga efek intervensi pemberian beras sagu terhadap relawan dapat lebih mudah ditelusuri pengaruh pola konsumsinya.
Beras sagu yang diberikan adalah campuran sagu dan kacang merah. Penambahan kacang merah dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak pada beras analog yang akan digunakan sebagai sampel bagi relawan.
Metodologi yang dilakukan adalah melakukan percobaan menggunakan sampel manusia yang memiliki kondisi prediabetes. Relawan prediabetes dipilih dengan pertimbangan bahwa relawan yang mengidap prediabetes kemungkinan besar akan mengidap diabetes namun belum meminum obat. Parameter yang diambil adalah kadar gula sesaat dan 2 jam puasa.
Metodologi yang dilakukan adalah melakukan percobaan menggunakan sampel manusia yang memiliki kondisi prediabetes. Relawan prediabetes dipilih dengan pertimbangan bahwa relawan yang mengidap prediabetes kemungkinan besar akan mengidap diabetes namun belum meminum obat.
Parameter yang diambil adalah kadar gula sesaat dan 2 jam puasa. Relawan diberi makan nasi yang berasal dari beras sagu dengan menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan.
Intervensi beras analog sagu dilakukan selama 4 minggu dan setiap minggu dilakukan pengambilan darah para relawan.
Hasil analisis kadar glukosa relawan sebelum intervensi beras analog sagu adalah 113,56 + 8,09 mg/dL.
Selanjutnya intervensi beras analog sagu dan kacang merah pada relawan prediabetes selama 4 minggu dapat menurunkan glukosa post prandial secara signifikan bagi relawan dari 159 mg/dL menjadi 130 mg/dL atau menurun 18,2%. Dengan kata lain intervensi beras analog sagu per minggu dapat menurunkan kadar glokosa 4,5%. Sedangkan kadar kolesterol relawan rata-rata 212,35 mg/dL dan setelah adanya intervensi beras analog sagu menurun menjadi 200,95 mg/dL. Secara statistik terjadi penurunan sebesar 11,4 mg/dL atau terjadi penurunan total kolesterol sebesar 5.4 %. Nilai trigleserida darah relawan awal rata-rata 159,65 mg/dL dan nilai trigleserida relawan akhir 130,1 mg/dL. Selama 4 minggu intervensi beras analog sagu terdapat penurunan trigleserida sebanya 29,55 mg/dL atau menurun sebesar 18,5 %. Standar Trigleserida darah adalah < 150 mg/dL.
Intervensi tersebut juga menurunkan total kolesterol dan trigliserida tetapi tidak berpengaruh pada LDL dan HDL kolesterol. Insulin dan Glut 4 tidak terpengaruh dengan intervensi.
Fenomena ini menunjukkan bahwa efek penurunan glukosa post prandial tidak disebabkan oleh peningkatan sensitivitas insulin maupun peningkatan aktivitas Glut 4, tetapi disebabkan oleh pati resisten dalam beras sagu yang bersifat viskous sehingga menghambat absorpsi glukosa, kolesterol, serta trigliserida.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat direkomendasikan;
- Pemberian menu makan beras sagu dapat mengendalikan gula darah bagi para penderita prediabetes selama 4 minggu.
- Dengan mengonsumsi beras analog berbasis sagu, dapat mengendalikan kerja insulin sehingga kerja pankreas dapat diperingan.
- Para lansia yang mengonsumsi beras sagu akan dapat menghambat penyakit degeneratif terutama akan mengatur glukosa darah sehingga akan berdampak terhadap pengendalian kadar kolesterol dan trigleserid.
- Potensi pangan lokal sagu dapat ditingkatkan dengan formulasi beras analog yang bukan sekadar mendampingi beras, tetapi juga mempunyai efek kesehatan.
Dengan demikian penggunaan pangan lokal dapat memberikan keuntungan ganda. Kalau bukan kita yang mengangkat pangan lokal siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? (am/red)
The post Beras Sagu Solusi Tepat Atasi Diabetes appeared first on BEKASIMEDIA.COM.
Sumber Suara Jakarta