Kejadian dalam dua foto terjadi saat bersamaan.
Saat Pak Budhi dengan semangat membagikan permen dan coklat kepada anak-anak Rohingya di Penampungan Kuala Cangkoi, Aceh Utara.
Banyak anak-anak berlari berebut menghampiri Pak Budhi mendapatkan permen dan coklat. "Uncle uncle ... Candy candy", sebagian lagi teriak "Uncle uncle .., pusha pusha" mereka meminta coklat. Dua makanan yang pasti semua anak di dunia menggemarinya.
Dalam keriuhan yang terjadi akibat teriakan gembira anak-anak.
Saya melihat seorang anak kecil di bawah lima tahun ini. Tangan kanan menggenggam permen dan tangan kirinya menggengam sepatu kecilnya.
Dia datangi hampir semua relawan yang sedang menyaksikan Pak Budhi membagikan permen.
Dia datangi seorang relawan, lalu dia peluk kaki relawan tersebut. Relawan tersebut kaget lalu berusaha melepas pelukan anak tersebut lalu menyuruh anak tersebut ke arah Pak Budhi. Maksudnya untuk menerima permen dan coklat dari Pak Budhi.
Anak itu pun mendekati relawan yang lain juga menyaksikan Pak Budhi. Dia peluk kembali kaki relawan tersebut. Relawan tersebut pun kaget dan melepaskan pelukan sambil menyuruh ke arah pak budhi.
Begitu dan begitu terus yang terjadi.
Sampai akhirnya anak tersebut mendatangiku, lalu dia memeluk kakiku.
Aku pun terkaget. Sangat kaget. Terlebih anak tersebut seraya berkata yang berbeda dengan anak-anak yang lain.
"Daddy daddy ...!"
Apa yang anak ini inginkan...? Itu yg terlintas di benakku.
Lalu aku membungkuk dan dia mengangkat tangan kirinya seraya menunjukkan sepatunya..
Barulah aku mengerti, dia sudah cukup dengan permen satu buah di genggaman tangan kanan, padahal anak-anak lain tetap berebut mendapatkan sebanyak-banyak, sampai hampir-hampir handphone yang dipinggang Pak Budhi terjatuh karena disangka tempat menyimpan permen.
Anak ini tidak, dia hanya minta dipasangkan sepatu. Sambil tetap berpikir dan terenyuh, aku pasangkan di kedua kaki kecilnya.
Aku teringat akan kebiasaan anak-anakku ketika hendak bermain keluar rumah, selalu meminta aku memasangkan sepatu mereka.
Dan sekarang, seorang anak kecil memanggilku "Daddy daddy ...!" Seraya mengacungkan sepatunya.
Kenapa dia tdk memanggilku "Uncle uncle"?
Kenapa memanggil "Daddy daddy"?
Kemana orang tuanya?
Kemana saudara-saudaranya?
Apa yg telah terjadi dgn kedua orang tua anak tersebut?
Beragam pertanyaan timbul sambil tetap memasangkan sepatu di kakinya.
Begitu selesai, dia tersenyum gembira dengan mata berbinar. Kami saling menatap tersenyum lalu dia berbalik dan berlari gembira serta aku iringi dgn menatap dia menjauh sambil tanpa terasa ada air mata di kelopak mataku.
Penjelasan hari ini, dari Kepala Kantor Imigrasi, Pak Akmal, bahwa banyak anak-anak rohingya di Kuala Cangkoi yang sebatang kara.
Dengan beragam kemungkinan,
Orang tua mereka sdh meninggal di tanah Arakan, atau orang tua mereka meninggal di kapal, atau orang tua mereka menitipkan anak tersebut di kapal, karena konon mereka yg naik kapal hrs bayar 5juta s.d 15juta.
Entahlah, aku tidak berani menebak karena hanya membikin perasaanku sakit.
Dan sakitnya tuh ada di sini ...
26 Mei 2015
Di atas kendaraan antara Pidie - Banda Aceh
Dari: Bu Muktia dari teman Sahabat...
Saat Pak Budhi dengan semangat membagikan permen dan coklat kepada anak-anak Rohingya di Penampungan Kuala Cangkoi, Aceh Utara.
Banyak anak-anak berlari berebut menghampiri Pak Budhi mendapatkan permen dan coklat. "Uncle uncle ... Candy candy", sebagian lagi teriak "Uncle uncle .., pusha pusha" mereka meminta coklat. Dua makanan yang pasti semua anak di dunia menggemarinya.
Dalam keriuhan yang terjadi akibat teriakan gembira anak-anak.
Saya melihat seorang anak kecil di bawah lima tahun ini. Tangan kanan menggenggam permen dan tangan kirinya menggengam sepatu kecilnya.
Dia datangi hampir semua relawan yang sedang menyaksikan Pak Budhi membagikan permen.
Dia datangi seorang relawan, lalu dia peluk kaki relawan tersebut. Relawan tersebut kaget lalu berusaha melepas pelukan anak tersebut lalu menyuruh anak tersebut ke arah Pak Budhi. Maksudnya untuk menerima permen dan coklat dari Pak Budhi.
Anak itu pun mendekati relawan yang lain juga menyaksikan Pak Budhi. Dia peluk kembali kaki relawan tersebut. Relawan tersebut pun kaget dan melepaskan pelukan sambil menyuruh ke arah pak budhi.
Begitu dan begitu terus yang terjadi.
Sampai akhirnya anak tersebut mendatangiku, lalu dia memeluk kakiku.
Aku pun terkaget. Sangat kaget. Terlebih anak tersebut seraya berkata yang berbeda dengan anak-anak yang lain.
"Daddy daddy ...!"
Apa yang anak ini inginkan...? Itu yg terlintas di benakku.
Lalu aku membungkuk dan dia mengangkat tangan kirinya seraya menunjukkan sepatunya..
Barulah aku mengerti, dia sudah cukup dengan permen satu buah di genggaman tangan kanan, padahal anak-anak lain tetap berebut mendapatkan sebanyak-banyak, sampai hampir-hampir handphone yang dipinggang Pak Budhi terjatuh karena disangka tempat menyimpan permen.
Anak ini tidak, dia hanya minta dipasangkan sepatu. Sambil tetap berpikir dan terenyuh, aku pasangkan di kedua kaki kecilnya.
Aku teringat akan kebiasaan anak-anakku ketika hendak bermain keluar rumah, selalu meminta aku memasangkan sepatu mereka.
Dan sekarang, seorang anak kecil memanggilku "Daddy daddy ...!" Seraya mengacungkan sepatunya.
Kenapa dia tdk memanggilku "Uncle uncle"?
Kenapa memanggil "Daddy daddy"?
Kemana orang tuanya?
Kemana saudara-saudaranya?
Apa yg telah terjadi dgn kedua orang tua anak tersebut?
Beragam pertanyaan timbul sambil tetap memasangkan sepatu di kakinya.
Begitu selesai, dia tersenyum gembira dengan mata berbinar. Kami saling menatap tersenyum lalu dia berbalik dan berlari gembira serta aku iringi dgn menatap dia menjauh sambil tanpa terasa ada air mata di kelopak mataku.
Penjelasan hari ini, dari Kepala Kantor Imigrasi, Pak Akmal, bahwa banyak anak-anak rohingya di Kuala Cangkoi yang sebatang kara.
Dengan beragam kemungkinan,
Orang tua mereka sdh meninggal di tanah Arakan, atau orang tua mereka meninggal di kapal, atau orang tua mereka menitipkan anak tersebut di kapal, karena konon mereka yg naik kapal hrs bayar 5juta s.d 15juta.
Entahlah, aku tidak berani menebak karena hanya membikin perasaanku sakit.
Dan sakitnya tuh ada di sini ...
26 Mei 2015
Di atas kendaraan antara Pidie - Banda Aceh
Dari: Bu Muktia dari teman Sahabat...
Sumber
via PAs Berita
Tags
Pasberita