Bekasimedia – Peringatan Hari Tanpa Tembakau setiap tanggal 31 Mei merupakan momentum untuk menyadarkan tentang bahaya dan akibat buruk tembakau (rokok) bagi kesehatan si penghisap maupun orang-orang di sekitarnya. Konsekuensi yang harus diterima seorang perokok hanya dua pilihan, mematikan rokok atau rokok yang mematikannya.
Seorang mantan perokok, Ilham (27) mengisahkan masa lalunya yang penuh dengan hisapan-hisapan tembakau.
“Seorang guru SD gue bilang, perokok itu goblok dan gak bisa baca, sudah jelas tertulis merugikan kesehatan masih saja merokok. Waktu itu gue juga ngerokok tapi sehat-sehat saja, makanya aktivitas merokok tetap jalan, meskipun dinasehatin setiap hari,” kenangnya.
“Sampai suatu saat gue jatuh sakit, menurut diagnosa dokter gue kena TBC. Waktu itu dokter cuman bilang, berhentilah merokok kalau masih pengen hidup,” kata lelaki muda yang saat ini berprofesi sebagai jurnalis.
Menurut Ilham, sejak divonis dokter dirinya sadar bahwa merokok memang mengancam jiwa dan sejak saat itu juga ia berhenti merokok dengan kesadaran sendiri sampai dengan hari ini.
Pengalaman mengerikan lain diceritakan oleh Iradah (27), “Pamanku perokok pasif, kerja di ruangan ber-AC yang penghuninya kebanyakan merokok. Akhirnya sakit selama 2 bulan dirawat, paru-parunya harus dibor untuk mengeluarkan nanah di dalamnya.”
Kita memang seringkali tidak mempan dengan nasehat, kecuali ada hal buruk yang benar-benar kita rasakan dan mengancam jiwa. (mk)
The post Matikan Rokokmu, Atau Rokok Yang Mematikanmu appeared first on Bekasi Media.
Sumber Suara Jakarta