PASBERITA.com - Rencana pemerintah untuk melakukan impor beras guna mencukupi kebutuhan pada Ramadan dan Lebaran tahun ini disesalkan kalangan petani Kabupaten Bandung. Hal itu dinilai sebagai minimnya terobosan penggunaan teknologi pangan.
“Persoalannya, ketika tidak ada teknologi yang lebih baik dari pemerintah periode sebelumnya, target produksi pangan tidak akan tercapai lagi,” ujar Nono Sambas, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Bandung, Kamis (14/5/2015) seperti dilansir pikiran-rakyat.com.
Nono mengungkapkan, seharusnya pemerintah tidak perlu mengkhawatirkan kekurangan stok pangan menjelang Ramadan dan Lebaran tahun ini jika penggunaan teknologi pangan optimal. Soalnya, minimnya penggunaan teknologi memang berdampak terhadap produksi.
Dia menganalogikan, pertumbuhan penduduk Indonesia dalam 50 tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan hingga lima kali lipat dari 50 juta jiwa menjadi lebih dari 250 juta jiwa pada tahun ini. pertumbuhan penduduk tentu akan berpengaruh terhadap tingginya permintaan beras sekaligus berkurangnya areal pertanian akibat dijadikan kawasan hunian dan industri.
Dengan kondisi itu, produksi padi yang rata-rata 5 hektare seharusnya saat ini meningkat menjadi 8 hektare. Peningkatan produksi tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya terobosan penggunaan teknologi pertanian.
"Kecuali jika data mengenai luasan sawah memang tidak akurat. Jadi, luas sawah yang ada sebenarnya jauh lebih sedikit dari yang diklaim pemerintah sehingga produksi beras kita memang sulit meningkat," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Nono, pemerintah pun harus mampu menumbuhkan sikap kepercayaan diri di kalangan petani lokal. Caranya, dengan menjamin kesejahteraan petani dan membantu mereka dalam meningkatkan produksi pangan, di antaranya dengan penggunaan teknologi pertanian yang andal.
Selain teknologi pertanian yang baru, kata dia, pemerintah juga jangan hanya sekedar memberikan berbagai bantuan. Namun perlu juga memperhatikan dan memberikan jaminan pembelian harga padi yang baik, sehingga membangkitkan semangat petani untuk tetap menanam padi.
"Dengan begitu, petani bisa tetap bertahan menanam padi, tidak beralih ke pekerjaan lain," tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Bandung Tisna Umaran sebelumnya mengaku akan mendukung pengembangan teknologi pertanian dan memperbaiki infrastruktur seperti saluran irigasi. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Bandung.
"Selain itu, kami ada kerja sama dengan aparat, seperti TNI yang akan mempermudah realisasi target produksi pangan," ujarnya.(*)
“Persoalannya, ketika tidak ada teknologi yang lebih baik dari pemerintah periode sebelumnya, target produksi pangan tidak akan tercapai lagi,” ujar Nono Sambas, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Bandung, Kamis (14/5/2015) seperti dilansir pikiran-rakyat.com.
Nono mengungkapkan, seharusnya pemerintah tidak perlu mengkhawatirkan kekurangan stok pangan menjelang Ramadan dan Lebaran tahun ini jika penggunaan teknologi pangan optimal. Soalnya, minimnya penggunaan teknologi memang berdampak terhadap produksi.
Dia menganalogikan, pertumbuhan penduduk Indonesia dalam 50 tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan hingga lima kali lipat dari 50 juta jiwa menjadi lebih dari 250 juta jiwa pada tahun ini. pertumbuhan penduduk tentu akan berpengaruh terhadap tingginya permintaan beras sekaligus berkurangnya areal pertanian akibat dijadikan kawasan hunian dan industri.
Dengan kondisi itu, produksi padi yang rata-rata 5 hektare seharusnya saat ini meningkat menjadi 8 hektare. Peningkatan produksi tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya terobosan penggunaan teknologi pertanian.
"Kecuali jika data mengenai luasan sawah memang tidak akurat. Jadi, luas sawah yang ada sebenarnya jauh lebih sedikit dari yang diklaim pemerintah sehingga produksi beras kita memang sulit meningkat," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Nono, pemerintah pun harus mampu menumbuhkan sikap kepercayaan diri di kalangan petani lokal. Caranya, dengan menjamin kesejahteraan petani dan membantu mereka dalam meningkatkan produksi pangan, di antaranya dengan penggunaan teknologi pertanian yang andal.
Selain teknologi pertanian yang baru, kata dia, pemerintah juga jangan hanya sekedar memberikan berbagai bantuan. Namun perlu juga memperhatikan dan memberikan jaminan pembelian harga padi yang baik, sehingga membangkitkan semangat petani untuk tetap menanam padi.
"Dengan begitu, petani bisa tetap bertahan menanam padi, tidak beralih ke pekerjaan lain," tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Bandung Tisna Umaran sebelumnya mengaku akan mendukung pengembangan teknologi pertanian dan memperbaiki infrastruktur seperti saluran irigasi. Hal itu dilakukan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Bandung.
"Selain itu, kami ada kerja sama dengan aparat, seperti TNI yang akan mempermudah realisasi target produksi pangan," ujarnya.(*)
Sumber
via PAs Berita
Tags
Pasberita