Cerita Kecil di Balik Pasar Timbul Ciganjur

Bekasimedia – Kehidupan pasar yang terlihat ramai tanpa sepi, seolah membuat lupa bahwa dalam kehidupan terdapat kehidupan lain, bisa dilihat meski tak terlihat, kisah kecil dari salah satu pedagang yang hanya pulang seminggu sekali. Rela menahan rindu karena membopong tanggung jawab.

Pasar Timbul Ciganjur, merupakan  pasar tradisional strategis yang berdiri sejak tahun 2008. Dikatakan strategis karena tempatnya yang berada antara Pasar Pondok Labu, Pasar Minggu, Pasar Kemiri Depok, dan Pasar Lenteng. Keempat pasar dengan jarak yang cukup jauh membuat Pasar Timbul Ciganjur seolah menjadi penengah diantaranya.

Dengan luas yang hanya berkisar 1.000 meter persegi tidak membuat pasar ini tampak tenggelam, pengujung pun tak kalah ramai di banding dengan pasar-pasar modern yang dibangun vertikal.

Dibalik riuhnya suara antar pedagang dan pembeli, seolah terbisik sebuah kisah kecil yang luput dari pengelihatan mata meski ia berada di sisi paling depan pasar. Siapa yang sadar seorang pedagang sayuran dari Bogor yang hanya seminggu sekali pulang ke rumah untuk bertemu keluarga demi tanggung jawab yang sudah menggantung di bahu.

Meninggalkan kedua anak dan seorang istri di rumah dengan jangka waktu yang tidak sebentar demi terpenuhinya kehidupan. Mencoba ikhlas menjalani keadaan tanpa ada keluhan pilu keluar dari desahan nafas. Tidur di mushola belakang pasar tanpa alas yang nyaman seolah tetap terasa nikmat.

Berpindah dari pasar satu ke pasar yang lain pernah dirasakan oleh Asep (50), namun memang disini jalan ia mengais rezeki. Menyewa lapak berukuran 4.5 meter memanjang. Jelas sempit, tetapi cukup di dalam keterbatasan.

Dengan hasil keuntungan yang tidak disebutkan nominalnya namun tetap diiringi oleh rasa syukur. 8 tahun ia berdagang, berbagai sayuran sudah tak asing dilihatnya. Meskipun di awal ia sempat merasakan kerugian, dukungan dari keluarga seolah menguatkan.

“Harga berbanding lurus dengan kualitas,” ujarnya saat ditanya mengenai persaingan, pada Minggu (8/5/16) lalu.

Tak pernah mati kehidupan di pasar ini. Meski matahari pergi menjauh, menyembunyikan sinarnya sebagai pertanda malam. Tak kenal kata tutup, pengunjung bisa datang kapan saja tanpa mengenal waktu selama 24 jam. Tentunya, pedagang siap melayani meski terkadang pembeli sulit berujar terima kasih.

Farah Nurrahmah

The post Cerita Kecil di Balik Pasar Timbul Ciganjur appeared first on BEKASIMEDIA.COM.



Sumber Suara Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama