Pasar Induk Cibitung, Pasar yang Tak Pernah Mati

Bekasimedia – Tempat ini tak asing bagi masyarakat Kabupaten Bekasi. Beragam aktivitas terjadi di tempat ini, seperti jual beli, tawar-menawar, dan bersosialisasi. Harganya pun terjangkau untuk para pedagang yang ingin menjualnya kembali.

Kehadiran pasar tradisional saat ini kian tersaingi dengan pasar modern. Pasar tradisional kian terhimpit dengan gedung tinggi pencakar langit, restoran mewah dan supermarket.  Tetapi pasar tradisional tetap mempertahankan eksistensinya di hati masyarakat. Salah satunya, Pasar Induk Cibitung, terletak di Jl. Teuku Umar, Wanasari, Cibitung, Bekasi. Pasar ini merupakan pasar yang paling terbesar di Kabupaten Bekasi. Bahkan konon di Jawa Barat bagian utara.

Tak hanya warga Cibitung saja yang berbelanja di sini, melainkan pedagang dari Karawang, Jakarta Timur, Babelan, Cikarang, Setu pun ikut berbondong-bondong datang berbelanja. Para pedagang lebih memilih untuk membeli dagangannya di Pasar Induk Cibitung karena harganya murah. “Ya murah di sini mah kan karena barangnya langsung dateng dari Jawa. Jadinya ya saya bela-belain belanja di sini setiap dua hari sekali,” ujar Erha penjual bawang di Karawang.

Kesan yang ditangkap saat mengunjungi pasar ini pun tak berbeda jauh dengan kebanyakan pasar tradisional lainnya. Kotor, becek, penuh sampah, bau, panas dan sebagainya merupakan kesan yang mungkin dirasakan saat mengunjungi pasar ini. Tak turun hujan pun, pasar ini sudah becek, penuh lumpur, bahkan akan ada genangan air di sepanjang jalanan pasar.

“Kebersihannya ya masih sangat kurang, ya namanya juga pasar. Kalo kebersihan ya susah, kadang-kadang ada yang rajin. Ya tergantung inisiatif sendiri. Tapi ya dari dinas kebersihan mah ada. Tiap malem itu ada doser yang suka mengeruk sampah di jalanan pasar. Tapi semua pedagang di sini sering berkeluh kesah tentang kebersihan di pasar induk ini. Berharap banget pemerintah bisa ikut turun ke pasar induk ini biar tau gimana kondisi kebersihannya dan keadaan lapak yang tidak memadai. Kepengen pasar ini tuh direnovasi jadi lebih bersih lagi dan lebih diurus lagi dari kebersihannya,” ungkap Dadang penjual cabai di Pasar Induk Cibitung. Namun karena kebutuhan pokok, mereka harus bertahan dalam situasi yang pasar seperti itu.

Meskipun begitu, Pasar Induk Cibitung ini seperti tak pernah mati dari pengunjung. Pasar ini tak pernah tutup dan selalu didatangi para pedagang sayuran dan buah di pasar-pasar. “Di sini mah 24 jam bukanya. Soalnya namanya pasar induk, dari mana-mana juga pada belanja ke sini. Yang dagang di Karawang dan di mana juga suka belanja di sini karna murah meriah. Ada yang suka ngambil barang buat dagangannya jam 3 pagi sampai jam 10 malem,” ujar Dadang.

Sekalipun saat ini pasar modern sudah tersebar di mana-mana, Pasar Induk Cibitung tak pernah kehilangan pelanggannya. Para pedagang pun tetap memiliki pembeli. Selain karena harganya murah, semua barang juga mudah didapatkan di pasar ini. “Ya komentar saya mah ya gapapa. Cuma ya sekarang kan orang mah lebih milih pasar modern karna lebih bersih tempatnya dan wangi. Jauh beda sama pasar induk ini yang kotor. Tapi saya ga takut karna setiap pedagang tetap berbelanja barang dagangannya di sini. Tiap hari juga pasti ada yang beli ko kalau di pasar induk mah,” ujar Dadang.

Feny Sasmitha
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta

The post Pasar Induk Cibitung, Pasar yang Tak Pernah Mati appeared first on BEKASIMEDIA.COM.



Sumber Suara Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama