Bekasimedia – Hari menjelang siang, panas terik matahari menyengat kulit. Penjual makanan dan pedagang kaki lima mulai merapikan dagangan mereka untuk mengistirahatkan diri di rumah. Namun, masih ada saja yang rela membakar kulitnya untuk sedikit upah.
Triyono, seorang paruh baya, menjalani pekerjaan sebagai penarik odong-odong sejak 10 tahun terakhir. Setiap hari dia bekerja mengayuh sepedanya itu mulai dari terbit matahari hingga terbenam.
“Saya jalan dari rumah jam 5.30 terus balik untuk istirahat jam 12.00 nanti saya narik lagi jam 05.00 terus pulang abis maghrib,” ujar Triyono, Senin (23/5/16).
Mengambil posisi pukul 06.00 pagi di Pasar Sulton Bantargebang, menyempil di antara penjual gorengan dan kaset, dia menyalakan lagu anak-anak versi lama dengan dibantu speaker kecil untuk menarik perhatian. Lelah sudah pasti ia rasakan dan hasil yang didapatkannya tidak akan sebanding dengan apa yang dia rasakan. Tetapi, hal tersebut ia lakukan karena mengingat usianya yang hanya mampu bekerja mengayuh odong-odong.
Berbagai pekerjaan pun pernah ia lakoni, menjadi penjahit, pedagang, dan tukang buah. Semua ia lakukan karena keikhlasannya membesarkan anak-anaknya.
Menjadi seorang tukang odong-odong memang bukan pekerjaan yang menjanjikan penghasilannya. Hanya Rp100.000 ,- setiap hari upah yang ia dapat dari jerih payah karena membuat anak-anak gembira. Tetapi, karena berserah diri kepada Tuhan dia rela melakukannya.
Walaupun harus berperan ganda dalam keluarganya, Triyono selalu berusaha agar hidupnya tercukupi. Kemudian, anak-anaknya dapat terpenuhi kebutuhannya. Triyono berujar, sedikit rezeki adalah kebahagiaan yang tak ternilai dan harus selalu disyukuri.
Nirwana Sari
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta
The post Triyono, Terus Mengayuh Kereta Odong-Odong Demi Anak Istri appeared first on BEKASIMEDIA.COM.
Sumber Suara Jakarta