Syaitan Dibelenggu Tapi Masih Maksiat. Kenapa?

Seperti yang telah dibahas pada Tadabur Harian Ramadhan (THR) sebelumnya bahwa hati/jiwa adalah panglima dalam tubuh atau raga seorang hamba. Jika hatinya bersih maka akan bersih seluruh amal perbuatannya, sebaliknya jika hatinya kotor maka akan kotor pula seluruh jasad dan prilakunya.

Pemikiran dan pendapat ulama ini berdasarkan dalil yaitu hadits yang berbunyi :

الا في الجسد مضغة اذا صلحت صلحت جسد كله واذا فسدت فسدت جسد كله الا وهي القلب …او كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم.

“Ketahuilah bahwa dalam jasad (fisik) manusia ada segumpal daging, apabila baik daging tersebut maka baiklah seluruh amal perbuatannya dan apabila buruk daging tersebut maka buruklah seluruh amal perbuatannya, ketahuilah bahwa (segumpal daging) itu adalah qolbu (hati).”

Jika kita kaitkan dengan ibadah puasa Ramadhan yang sedang dilakukan saat ini maka hakikat Ramadhan adalah sebuah ibadah yang akan membakar dan membersihkan jiwa dan raga kita. Rasulullah SAW pernah bersabda :

والصلوات الخمس والجمعة الى الجمعة ورمضان الى رمضان والعمرة الى العمرة كفارة لما بينهما…

“Dan dari shalat lima waktu, dari jum’at ke jum’at lainnya, dari Ramadhan ke Ramadhan lainnya, dari Umrah ke Umrah lainnya adalah penghapus dosa-dosa yang ada antara keduanya…”

Sebagaimana kebaikan, perbuatan dosa pun bisa muncul dari diri kita sendiri yakni dari dalam hati yang ternodai, yang telah dikuasai oleh hawa nafsu dan syahwat. Juga bisa muncul dari luar baik itu ajakan orang lain atau bisikan syaitan ditambah adanya kesempatan atau peluang. Seperti kata “Bang Napi” kejahatan bukan karena ada niat dari pelakunya tapi juga karena ada kesempatan maka dari itu “Waspadalah….Waspadalah…Waspadalah…”.

Memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan seperti saat ini, umat Islam dianjurkan untuk lebih menggiatkan ibadahnya, kalau dalam hadits dikatakan “Rasulullah lebih mengencangkan ikat pinggangnya dan membangunkan keluarganya untuk beribadah kepada Allah”

Ditambah dengan anjuran lainnya yakni dengan melaksanakan ibadah i’tikaf (berdiam diri di masjid). Dengan i’tikaf secara lingkungan dan suasana akan lebih kondusif serta khusyu dalam beribadah baik shalatnya, dzikir dan doanya, tilawah atau tadarusnya maupun tadabur Al-Qurannya.

Agar diri, jiwa dan raga ini terjaga dari sifat dan perilaku yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya maka Allah telah merahmati kita dengan rahmat (الرحمن) dan kasih sayang-Nya (الرحيم), Yaitu dengan dibelenggunya Syaitan-Syaitan khusus di bulan Ramadhan. Rosulullah SAW bersabda :

اذا جاء رمضان فتحت ابواب الجنة وغلقت ابواب النار وصفدت الشياطين …رواه البخاري والمسلم

“Apabila datang bulan Ramadhan maka dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka dan syaitan-syaitan dibelenggu,” HR. Bukhori-Muslim

Seolah-olah Allah ingin menguji diri kita ini apakah masih mau tergoda atau digoda oleh Syaitan yang sedang terbelenggu itu atau tidak? Bagi mereka yang beriman jangankan dibelenggu meskipun Syaitan tidak dibelenggu pun tidak mau tergoda atau digoda. Kalau membaca kisah nabi dan sahabatnya bahkan syaitan takut kepada seorang mukmin yang sedang tidur sekalipun.

Oleh sebab itu jika masih ada yang masih bermaksiat di bulan Ramadhan seperti sekarang ini bisa jadi karena:

Pertama, begitu besarnya pengaruh Syaitan selama ini kepada dirinya sampai-sampai saat syaitan dibelenggu pun masih bisa mempengaruhi kita sebagai manusia yang mengaku diri orang Islam atau orang yang beriman.

Kedua, begitu dominannya hawa nafsu kita sehingga segala tindak-tanduk kita seolah ingin memuaskan hawa nafsunya sendiri, padahal saat berpuasa kita sedang berjuang melawan hawa nafsu kita dari yang mebatalkan puasa atau perbuatan yang tidak berguna.

Ketiga, kita tidak menjalankan puasa secara benar seperti yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Rangkain waktu mulai detik, menit, jam dan hari selama bulan Ramadhan seharusnya kita gunakan untuk menjalankan ibadah wajib dan sunnah saat puasa. Karena tidak dilaksanakan atau dimanfaatkan waktunya untuk ibadah tadi maka akhirnya waktu yang ada tergantikan oleh prilaku yang laghwi, lalu beralih pada prilaku yang mendekati syahwat sampai pada akhirnya berteman dan benar-benar menuruti keinginan syahwatnya (na’udzu billahi min dzalik).

Semoga diri kita, keluarga kita dan masyarakat kita terjaga dan dijaga oleh Allah SWT dari pengaruh syaitan yang sedang dibelenggu, hawa nafsu dan syahwat baik syahwat perut atau yang ada dibawahnya (kemaluan).

Sebagai bahan tadabbur ayat pada Tadabur Harian Ramadhan yang ke-22 ini penulis hadirkan ayat berikut ini :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

Q.S. Al-Mukminun (23) ayat 1-3

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan,

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا

kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,

جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَٰنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا

yaitu surga ‘Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak nampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.

Q.S. Maryam (19) ayat 59-61

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

Q.S. Al-Jasiyah (45) ayat 23

Oleh sebab itu, sebagai hamba yang lemah mengakui atas dosa dan kesalagan di bulan Ramadhan terutama di akhir-akhir Ramadhan kita diajarkan oleh Rasulullah dengan doa yang indah :

اللهم انك عفو تحب العفو فاعف عنا يا كريم….

“Wahai dzat yang Maha Pemberi maaf dan suka akan memafkan, Ampunilah kami wahi Dzat Yang Maha Mulia”

Wallahu a’lam.

Baitullah (Rumah Allah – Masjid Tempat I’tikaf), 27/06/16

@dimyat1

 

The post Syaitan Dibelenggu Tapi Masih Maksiat. Kenapa? appeared first on BEKASIMEDIA.COM.



Sumber Suara Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama