BEKASIMEDIA.COM- Forum Jurnalis Bekasi menggelar diskusi publik dengan tema “Boikot Narasumber” bertempat di Hutan Kota Bekasi atau kawasan Alun-alun Kota Bekasi, Jumat (7/10) malam.
Tampil sebagai pembicara yakni dua jurnalis senior Bekasi, Nicodemus Godjang dan Dany Wahab, dipandu wartawan RRI, Erik Hamzah.
Diskusi sendiri dihadiri puluhan jurnalis yang biasa melakukan tugas peliputan di Bekasi serta sejumlah aktivis organisasi kepemudaan, mahasiswa dan tokoh masyarakat.
Menurut Ketua Forum Jurnalis Bekasi, Syahrul Ramadan, tema ‘boikot narasumber’ diambil sebab setiap jurnalis memiliki hak untuk melakukan boikot terhadap narasumber.
Namun ia menegaskan, ada hal-hal yang tentunya menjadi landasan mengapa narasumber menjadi layak untuk diboikot oleh jurnalis.
Narasumber yang layak diboikot, kata dia, yang terbukti mengambil keuntungan pribadi atas pemberitaan di media massa, bukan memberikan informasi demi kebenaran, keadilan dan kejernihan peristiwa. Narasumber yang dimaksud juga terbukti tidak konsisten atau tidak bertanggungjawab atas pernyataannya serta narasumber yang melecehkan kerja jurnalisik.
“Lantas mengapa perlu memboikot narasumber? Karena jurnalis bertanggung jawab kepada publik, memastikan publik mendapat informasi yang benar. Dan itu hak jurnalis. Lagi-lagi itu pilihan. Apakah akan dilakukan atau tidak?” lanjut dia.
Sementara salah seorang pembicara dalam diskusi tersebut, Nico Demus Godjang yang merupakan wartawan senior di Bekasi mengatakan, ia tidak sependapat jika wartawan melakukan boikot. Dalam artian tidak memberitakan narasumber tertentu atau tidak berurusan sama sekali.
Menurutnya, cara terbaik memboikot narasumber justru dengan memberitakan seorang narasumber secara terus menerus.
Ia mengambil contoh dalam kasus kekerasan terhadap wartawan oleh oknum aparat TNI. Kata dia, boikot yang tepat adalah dengan cara memuat berita kekerasan tersebut secara terus menerus hingga kasus tersebut tuntas.
“Beritakan terus dan kawal hingga kasusnya tuntas. Kalau memilih mendiamkan sama sekali mereka justru untung. Saya kira jika semua wartawan kompak menyorot kasus tersebut tentu akan ada efek,” bebernya.
Lagi pula, lanjut dia, tidak tepat bila kemudian wartawan memboikot TNI dan sama sekali tidak memuat informasi mengenai TNI yang padahal itu dibutuhkan masyarakat.
“Toh yang salah itu oknumnya, bukan TNI sebagai institusi. Jadi tidak fair ketika kemudian kita memboikot TNI,” kata dia.
Soal boikot, tegas Nicodamus, kembali kepada person to person jurnalis. Tidak bisa kehendak tersebut dipaksakan kepada semua jurnalis.
“Saya kira masing-masing jurnalis memiliki dapur berbeda. Jadi itu hak masing-masing rekan jurnalis dan kita harus hargai. Yang terpenting semua jurnalis kompak dan solid,” tandasnya.
Pembicara lain, Dany Wahab yang juga jurnalis senior di Bekasi mengatakan, seorang jurnalis harus memiliki frame dalam pemberitaan. Frame itu yang menurutnya menjadi timbangan bagi jurnalis dalam membuat berita.
Dan yang terpenting kata dia, jurnalis harus mengedepankan aspek profesionalitas.
“Profesionalitas yang terpenting. Jika itu jadi pegangan, dengan sendirinya kita akan menghasilkan karya-karya jurnalistik berkualitas yang bermanfaat bagi masyarakat dan bisa membuahkan perubahan sosial di tengah masyarakat,” imbuhnya.
Dany sendiri memberikan apresiasi tinggi kepada rekan-rekan Forum Jurnalis Bekasi yang sudah menggelar diskusi tersebut.
“Saya harap bisa dipertahankan diskusi semacam ini dan bisa jadi agenda rutin minimal dwi mingguan atau satu bulanan,” pungkasya. (*/dns)
The post Forum Jurnalis Bekasi Diskusikan Boikot Narasumber appeared first on BEKASIMEDIA.COM.
Sumber Suara Jakarta