Padang,BeritaSumbar.com,-Pada hari Jum’at tanggal 29 Maret 2019 pukul 10.00 sampai 12.00 di Ruang Sidang Dekanat Lantai 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Andalas (Unand), Padang, sekumpulan dosen atau akademisi FISIP Unand menginisiasi pembentukan dan pendirian Pusat Pengkajian Keadilan Agraria dan Lingkungan (Sangkakala). Mereka diantaranya adalah Profesor Afrizal (Sosiolog, pakar konflik sosial-agraria); Doktor Elfitra (Sosiolog, pakar transformasi sosial-agraria); Doktor Syamsurizaldi (Akademisi Administrasi Publik, pakar tata kelola dan dampak lingkungan); Fajri Rahman, MA (Antropolog, pakar transformasi sosial-budaya agraria); Didi Rahmadi, MA (Akademisi Politik, pakar politik dan gerakan agraria; dan Dewi Anggraini, M.IP (Akademisi Politik, pakar politik dan gerakan lingkungan dan sumber daya alam). Inisiasi Sangkakala dimaksudkan sebagai sebuah upaya para akademisi dalam berkontribusi untuk memajukan keadilan agraria dan lingkungan secara struktural dan kultural, baik di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Isu-Isu Agraria dan Lingkungan sebagai Bidang Kaji Sangkakala
Dalam uraian yang disampaikan oleh Prof. Afrizal mengenai peta kajian yang akan dilakukan oleh Sangkakala ada dua isu besar, yaitu isu-isu agraria dan isu-isu lingkungan. Pada isu-isu agraria, beberapa kajian yang akan diselenggarakan Sangkakala adalah tentang struktur agraria, tata kelola agraria, transformasi agraria, konflik agraria, dan politik agraria. Struktur Agraria memperhitungkan setiap faktor kondusif yang bertanggung jawab atas pertumbuhan berkelanjutan diberbagai sektor agraria. Sedangkan pada isu-isu lingkungan, beberapa kajian yang akan diselenggarakan adalah tentang pengelolaan lingkungan, perilaku lingkungan, dampak lingkungan, konflik lingkungan, dan tata kelola lingkungan.
Untuk mengkaji berbagai bidang kajian dalam isu-isu agaria dan lingkungan tersebut, telah disepakati bersama-sama yaitu perspektif keadilan agraria dan lingkungan. Langkah-langkah yang dipersiapkan untuk mendalami perspektif keadilan agraria dimulai dari pengkajian pendalaman konsep keadilan agaria yang sudah ada, yakni liberalisme, sosialisme, islamisme, dan sebagainya. Sedangkan perspektif keadilan lingkungan dimulai dengan pendalaman pada kajian keadilan distributif dan keadilan rekognisi. Pada keadilan distributif biasanya berlaku dalam praktik yang secara konseptual berdasar pada setiap orang punya akses untuk keadilan. Sedangkan keadilan rekognisi adalah perlunya pengakuan secara jelas dan tegas oleh semua pihak bahwa keadilan distributif terselenggarakan dan dijamin perwujudannya.
Mengapa Harus Ada Sangkakala?
Pertama adalah adanya realitas ketimpangan sosial di segala bidang dan sektor kehidupan masyarakat yang jika dirunut maka ujungnya adalah disebabkan oleh adanya ketimpangan agraria di dunia ini. Ketimpangan sosial akibat ketimpangan agraria ini dapat dipahami ketika mempelajari keberadaan struktur dan tata kelola agraria. Jika tidak ada perubahan atau transformasi dalam struktur dan tata kelola agraria secara signifikan, maka kemungkinan terjadinya konflik-konflik agraria sangat besar dan bahkan intensitasnya sangat tinggi. Oleh sebab itu, perlu adanya langkah-langkah politik agraria bahkan agenda perubahan sosial yang diwujudkan melalui gerakan reforma agraria. Begitupun realitas sosial yang ada akibat dari permasalahan yang muncul terkait pengelolaan dan tata kelola lingkungan. Adanya tindakan berbagai pihak terkait lingkungan yang disebut sebagai perilaku lingkungan yang berdampak terhadap lingkungan, maupun situasi dan kondisi lingkungan yang akhirnya berdampak pada konflik-konflik lingkungan. Hal ini juga akan menimbulkan dan melahirkan politik dan gerakan lingkungan.
Kedua, Sangkakala menjadi sarana bagi para Akademisi khususnya di FISIP Unand untuk mengaktualisasikan diri mereka sekaligus mencoba berkontribusi secara nyata dalam membantu menyelesaikan berbagai permasalahan ketidakadilan agraria dan lingkungan. Mulai dari lingkar konsentris terdekat yakni di tingkat lokal seperti Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat, lingkar konsentris di tingkat menengah yakni nasional Indonesia, juga lingkar konsentris yang lebih global. Tanggungjawab moral para Akademisi untuk tidak hanya mampu menafsirkan fenomena dan realitas sosial, namun juga mampu berkontribusi dalam perubahan sosial di dunia lah yang menuntun para Akademis untuk bergerak maju. Sangkakala adalah langkah awal yang hendak digunakan sebagai instrumen dalam berkontribusi untuk kejayaan bangsa, namun juga menjadi rumah bagi para Akademisi tersebut untuk terus berkarya yang terbaik bagi diri mereka sendiri, orang lain, dan masyarakat global.
Bagaimana Sangkakala Bekerja?
Kerja-kerja nyata para Akademisi khususnya di Indonesia telah dirumuskan dalam apa yang disebut sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi. Menyelenggarakan pendidikan, melakukan riset atau penelitian di lapangan, dan mengabdi kepada masyarakat secara nyata. Sangkakala adalah sebuah upaya pengorganisasian kerja-kerja riset atau penelitian oleh para Akademisi yang sebenarnya sudah memendam lama keinginan untuk memajukan keadilan agraria dan lingkungan. Riset atau penelitian tersebut tidak selalu dikerjakan secara sendiri-sendiri secara mandiri, namun juga membuka peluang dan kemungkinan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak lainnya.
Kemudian, para peneliti di Sangkakala akan mendiseminasikan atau menyebarluaskan laporan hasil riset atau penelitian mereka kepada siapapun dalam berbagai bentuk publikasi yang memungkinkan untuk dilakukan. Harapannya, dengan diseminasi dan publikasi tersebut dapat diakses oleh siapapun dan kapanpun dalam rangka mendukung kerja-kerja pemajuan keadilan agraria dan lingkungan di negeri ini. Dengan demikian, maka para Akademisi yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam Sangkakala ini juga mampu untuk membongkar belenggu yang telah lama menghantui mereka di menara gading.
Oleh: Virtuous Setyaka
Dosen HI FISIP Unand dan Inisiator SANGKAKALA.
Sumber sumbar