BUKITINGGI MENUJU KOTA MICE DUNIA (bagian satu)

BeritaSumbar.com,-Di Indonesia siapa yang tak kenal kota Bukitinggi. Selain ikon Jam Gadang yang mendunia, Bukitinggi juga merupakan pusat episentrum kemajuan wilayah Sumatera bahagian tengah sebelum dipecah menjadi beberapa provinsi di era awal pemerintahan Soekarno. Ada juga figur proklamator Mohammad Hatta ketika menyebut nama Bukitinggi. Belum lagi secara kultural, sejak zaman kolonial Belanda Bukitinggi hingga zaman kemerdekaan era Soekarno pernah di jadikan ibu kota pemerintahan Sumatera Tengah.

Jadi tak heran, ketika kita menelusuri jalanan kota, stasiun, kampuang Chino, pasa lereng, simpang kantin, ngarai, pasa banto, masih banyak ditemukan peninggalan gedung bekas bangunan instalasi militer bergaya khas Eropah (Belanda) dan Jepang. Bahkan, peninggalan monumental Lobang Jepang masih ada dan terawat hingga hari ini yang menjadi salah satu tujuan destinasi wisata.

Secara fisik geografis dan topografis, Kota berpenduduk 106 ribu jiwa ini sangatlah elok dan sejuk. Di lingkari dua punggawa Gunung Merapi dan Singgalang, Bukitinggi bagaikan kota ‘City on the Hill’. Kota di atas Bukit yang eksotik. Berbagai macam kreasi handy craft khas Bukitinggi juga sdh mendunia. Kulinernya pun terkenal dimana-mana. Nasi Kapau, karupuak sanjai, adalah khas kuliner asal Bukitinggi. Ribuan KK bergantung hidup dari sini. Para pedagangnyapun terkenal ulet dan gigih. Sehingga tak heran banyak yang sukses gemilang di perantauan jadi pengusaha dan pedagang. Rumah rumah mewahpun banyak bertebaran disantero Bukitinggi. Cafe, mall, kedai, kuliner, pariwisata, pasar aua kuniang alias tanah abangnya Sumatera dalah puzzle-puzzle yang semakin menambah inspirasi kita semua, bahwa Bukitinggi sangatlah layak di jadikan sebuah Kota kecil yang maju, moderen, religius, tapi tetap terjaga dalam sebuah kearifan lokal budaya Minangkabau yang sakral.

Lau timbul pertanyaan. Bagaimana dgn tata kelola pemerintahannya ? Arah pembangunannya ? Ibarat kita berlayar mau kemana dibawa biduk kota ini ? Pulau impian apa yang akan kita tuju ? Dan bagaimana strategi pengembangannya ?

Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah pertanyaan umum dari pada cendikia dan masyarakat kota Bukitinggi baik di ranah maupun di rantau. Bahkan juga bagi masyarakat Minangkabau secara umum. Karena apa ? Karena melihat geliat perkembangan dan kompetisi antar daerah di zaman otonomi ini semakin tinggi dan dinamis. Dalam skala provinsi Sumbar saja, kita bisa melihat bagaimana kota Padang membenahi dirinya menjadi kota metropolis yang tingkat kunjungan nomor 6 terbanyak di Indonesia. Pesisir Selatan dengan kawasan Mandeh nya.. Sawahlunto dengan terobosan kota tambang tua yang bersolek menjadi kota cita rasa eropah. Kabupaten Limapuluh Kota dengan Kampung Eropah di Harau dan New Zealand Padang Mangatehnya. Belum lagi Pariaman dgn event dunia hoyak tabuik di pantai gondaria serta pulau angso duo yang di sulap bak jadi pulau mandalika. Itu baru berbicara skop lokal propinsi. Apalagi kalau kita berbicara skop nasional. Pasti akan banyak lagi daerah yang jauh maju berkembang maju melesat karena pariwisatanya.

Nah kenapa pariwisata yang menjadi konsen bahasan kita ? Karena secara trend hari ini, selain dari industri manufacture, pariwisata adalah salah satu instrumen yang paling cepat untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan biaya murah meriah, sesuai dengan kemampuan daerah dibandingkan pola industrialisasi.

Dan salah satu konsep pariwisata agar orang semakin banyak berkunjung kepada sebuah kota adalah MICE (Meeting, Insentive, Celebration, Exibition). Dan kota Bukitinggi menurut penulis adalah salah satu kota yang paling tepat menerapkan ini. Sebenarnya konsep MICE ini sdh berjalan dgn baik, namun melihat kompetisi lintas daerah yang semakin tinggi, tentu perlu sebuah terobosan dan langkah-langkah strategis, taktis, secara bersama antara pemerintah (governance), pelaku bisnis (Buisnessman), akademisi, dan masyarakat. Agar bersinergi bagaiamana membuat terobosan, menggali potensi, mempromosikan, dan mensinergikan segala potensi kota Bukitinggi kesegala penjuru dunia.

Secara venue pariwisata. Bukitinggi tidaklah kekurangan. Malah boleh dikatakan sebagai kota berjulukan kota wisata paling lengkap untuk venue pariwisatanya. Mulai dari wisata alam ngarai sianok, wisata buatan kebun binatang, heritage benteng Ford De Kock, dan banyak lainnya. Yang mesti di tingkatkan lagi adalah dalam hal menata event-event besar berupa parade budaya, atau kreasi kreasi yang unik untuk menjadi daya tarik orang berkunjung.

Secara fasilitas Bukitinggi juga termasuk cukup lengkap. Mulai dari hotel-hotel, jalan, dan keamanan. Hanya perlu pembenahan pada pusat belanja yang rapi, jalan pedistrian yang nyaman, panggung hiburan dan sarana transportasi bus, mobil, yg benar layak untuk melayani tamu.

Bukitinggi sebagai kota MICE yg mendunia perlu dikuatkan dengan bagaimana membuat rvrnt skala intetnasional di Bukitinggi. Apakah itu utilatetal melalui lobby ke pemerintah pusat, atau bisa juga event hobbies yang memanfaatkan jaringan para perantau Bukitinggi yang ada di seluruh dunia. Intinya di sini adalah promosi dan re-branding kembali kota Bukitinggi menjadi kota wisata idaman nusantara. Kalau lihat Jam Gadang, orang akan rindu pergi ke Bukitinggi. Rindu akan udaranya, kulinernya, dan ramah sapa masyarakatnya

Disinilah menurut penulis peran pemerintah. Bagaimana menjadi trigget dan daya ungkit dalam menaik kan kembali pamor kota Bukitinggi. Manfaatkan era digitalisasi IT sosial media hari ini sebagai pintu-pintu promosi dan sosialisasi.

Secara geografis, seharusnya untuk kontek Sumatera Barat, Bukitinggilah kota yang paling tepat untuk menerapkan pariwisata One Stop Destination. Karena keberhasilan pariwisata itu dilihat dari semakin banyak orang datang, semakin lama tinggal, dan semakin banyak membelanjakan uangnya di daerah. Apakah itu untuk makan, hotel, belanja souvenir, beli karcis, dan shooping lainnya.

Nah kalau ini terjadi, maka perekonomian masyarakatpun akan terangkat. Yg berdagang di aua kuniang jualannya laku. Pedagang karupuak sanjainya laris. Pengrajin handycraft banyak order. Para kreator seni pun punya panggung untuk menampilkan bakat bakat kreasinya.

Lihat Bali, Lengkawi, Singapore, Batam, Bandung, atau banyak kota lainnya di dunia ini yang hidup maju dari pariwisata. Untuk menjadi kota industri Bukitinggi tidak mungkin. Menjadi kota tambang apa lagi. Jadi pariwisata adalah DNA dasar kota Bukitinggi…

(Bersambung)

Oleh : Yusra Maiza.



Sumber sumbar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama