MediaTangerang.com, - Pemerintah daerah baik Kota Tangerang maupun Tangerang Selatan diminta harus segera mencegaj kekeringan yang semakin meluas seperti apa yang terjadi saat ini.
Di Kota Tangerang warga di wilayah Cipondoh mulai menanam pompa air yang biasa digunakan untuk industri yakni model satelit atau submersible pump.
Hampir setiap rumah memasang pompa air yang harganya sekitar Rp12juta-Rp20 juta itu. Mereka mulai tak perduli jika dampak pengambilan air yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya permukaan tanah.
“Sebelum puasa kemarin sudah susah air, puasa tambah parah. Pas lebaran langsung saya ngebor pakai pompa satelit, kalau pakai pompa air biasa sudah tak keluar lagi,” ujar Bambang warga Perumahan BCA, RT 08/02 Poris Plawad Utara, Cipondoh, Kota Tangerang, Minggu (26/7/2015).
Di perumahan tersebut, hampir seluruh rumah menggunakan jenis pompa yang, bahkan warga di sekitar perkampungannya pun sama.
“PDAM (pipa) sudah sampai di sini, tetapi enggak diterusin proyeknya, hanya ngebor sudah enggak ditindak lanjuti lagi,” terang Bambang.
Diketahui ketersediaan air di Kota Tangerang terancam bakal mengalami kekeringan. Hal tak lepas dari terus menurun-nya permukaan serta debit air di sungai Cisadane.
"Permukaan air sudah menyusut jauh dan ini masuk kategori krisis air," kata Kepala Bendungan Pintu Air 10 Sungai Cisadane, Sumarto.
Sumarto mengatakan kekeringan yang terjadi di sungai Cisadane dikarenakan minimnya curah hujan yang terjadi di Tangerang dan Bogor. Jelasnya, sumber air sungai Cisadane hanya berasal dari aliran sungai di Bogor.
Kekeringan tersebut, kata Sumarto, perlu diwaspadai pemerintah kota (Pemkot) Tangerang terutama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jelasnya, minimnya persediaan serta kebutuhan tinggi PDAM akan air membuat permukaan air terus menurun.
Sumarto menuturkan ketinggian air di sungai Cisadane dalam kondisi normal adalah 12 meter dengan volume air 50 meter kubik per detik.
Saat ini, lanjutnya, permukaan air berada di ketinggian 11 meter dengan debit air 20 meter kubik per detik. "Posisi ini masih bisa digunakan untuk menyediakan air, tapi kalau sudah ada dibawah itu Tangerang pasti akan kekeringan," terangnya.
Untuk mencegah kekeringan Pemkot Tangerang telah meminta pemerintah pusat untuk segera merealisasikan rencana normalisasi Sungai Cisadane yang kondisinya saat ini sudah mengalami sedimentasi yang sangat parah.
"Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada suplai air baku untuk warga Kota Tangerang," kata Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah.
Di Kota Tangsel, untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga Cipeusing harus menempuh jarak beberapa kilometer menuju sumber mata air.
Penderitaan belum berakhir, warga juga harus rela mengantre di sumber mata air yang terletak di tengah persawahan itu.
Sumber mata air ini memang tak pernah sepi terutama dalam dua bulan terakhir ini. Puluhan warga bergantian mengambil air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci.
Yang lebih menyedihkan, menurut beberapa warga sebenarnya air sumur ini tidak layak di konsumsi.
"Warga langsung memasak air ini meski tidak bersih dan kotor karena banyak tanahnya," kata Emun, ibu rumah tangga.
Di Kota Tangerang warga di wilayah Cipondoh mulai menanam pompa air yang biasa digunakan untuk industri yakni model satelit atau submersible pump.
Hampir setiap rumah memasang pompa air yang harganya sekitar Rp12juta-Rp20 juta itu. Mereka mulai tak perduli jika dampak pengambilan air yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya permukaan tanah.
“Sebelum puasa kemarin sudah susah air, puasa tambah parah. Pas lebaran langsung saya ngebor pakai pompa satelit, kalau pakai pompa air biasa sudah tak keluar lagi,” ujar Bambang warga Perumahan BCA, RT 08/02 Poris Plawad Utara, Cipondoh, Kota Tangerang, Minggu (26/7/2015).
Di perumahan tersebut, hampir seluruh rumah menggunakan jenis pompa yang, bahkan warga di sekitar perkampungannya pun sama.
“PDAM (pipa) sudah sampai di sini, tetapi enggak diterusin proyeknya, hanya ngebor sudah enggak ditindak lanjuti lagi,” terang Bambang.
Diketahui ketersediaan air di Kota Tangerang terancam bakal mengalami kekeringan. Hal tak lepas dari terus menurun-nya permukaan serta debit air di sungai Cisadane.
"Permukaan air sudah menyusut jauh dan ini masuk kategori krisis air," kata Kepala Bendungan Pintu Air 10 Sungai Cisadane, Sumarto.
Sumarto mengatakan kekeringan yang terjadi di sungai Cisadane dikarenakan minimnya curah hujan yang terjadi di Tangerang dan Bogor. Jelasnya, sumber air sungai Cisadane hanya berasal dari aliran sungai di Bogor.
Kekeringan tersebut, kata Sumarto, perlu diwaspadai pemerintah kota (Pemkot) Tangerang terutama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jelasnya, minimnya persediaan serta kebutuhan tinggi PDAM akan air membuat permukaan air terus menurun.
Sumarto menuturkan ketinggian air di sungai Cisadane dalam kondisi normal adalah 12 meter dengan volume air 50 meter kubik per detik.
Saat ini, lanjutnya, permukaan air berada di ketinggian 11 meter dengan debit air 20 meter kubik per detik. "Posisi ini masih bisa digunakan untuk menyediakan air, tapi kalau sudah ada dibawah itu Tangerang pasti akan kekeringan," terangnya.
Untuk mencegah kekeringan Pemkot Tangerang telah meminta pemerintah pusat untuk segera merealisasikan rencana normalisasi Sungai Cisadane yang kondisinya saat ini sudah mengalami sedimentasi yang sangat parah.
"Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada suplai air baku untuk warga Kota Tangerang," kata Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah.
Di Kota Tangsel, untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga Cipeusing harus menempuh jarak beberapa kilometer menuju sumber mata air.
Penderitaan belum berakhir, warga juga harus rela mengantre di sumber mata air yang terletak di tengah persawahan itu.
Sumber mata air ini memang tak pernah sepi terutama dalam dua bulan terakhir ini. Puluhan warga bergantian mengambil air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci.
Yang lebih menyedihkan, menurut beberapa warga sebenarnya air sumur ini tidak layak di konsumsi.
"Warga langsung memasak air ini meski tidak bersih dan kotor karena banyak tanahnya," kata Emun, ibu rumah tangga.
Sumber: TangerangNews
Sumber
via Media Tangerang
Tags
tangerang