Bekasimedia- Krisis Suriah lebih dari tiga tahun lamanya, menjadi panggilan kemanusiaan saat dunia mengetahui ratusan ribu jiwa melayang, banyak pula yang luka atau cacad. Ratusan ribu lainnya tua-muda, terpaksa pengungsi dan hidup dalam situasi darurat. Fakta ini mendorong Pesantren Entrepreneur (PE) menggalang bantuan untuk Penghafal Quran Suriah. Peluncuran kerjasama PE dengan lembaga kemanusiaan ACT, berlangsung Jumat (9/6) di Aula Masjid Al Azhar – Summarecon Bekasi.
Bagus Hernowo, pendiri PE mengatakan, “Karena PE berkhidmat untuk mencetak seribu pesantren penghafal Al Quran, untuk Suriah, kami memilih peran yang selaras dengan tujuan pendirian PE. Di mana pun di mana krisis menghancurkan kehidupan, apalagi di Suriah, salah satu bagian bumi Syam yang suci dan bersejarah, penghafal Quran di Suriah pun pasti menjadi korban. Kami ikhtiarkan membantu mereka.”
Bagus menjelaskan, PE dibangun dengan semangat sosial-religius. “Dalam ikhtiar pengembangannya, kami menggerakkan investasi yang disebut ‘Senja’, sedekah nanam pohon Jabon. Kami mengajak investor memperoleh keuntungan dunia dan akhirat. Dalam nilai tertentu, dana yang diinvestasikan akan digunakan menanam pohon jabon, yang dalam lima tahun ke depan hasilnya selain untuk mendukung pembangunan pesantren tahfidz, ada proksi material yang bisa diperoleh investor,” ujar Bagus. Ikhtiar ini demi menjamin kemandirian pesantren.
Di tengah perjalanan, hadir krisis Suriah, dan Tim Marketing PE sepakat, kata Bagus,”Investasinya didedikasikan untuk korban krisis Suriah. Kami yakin investasi yang melekat dengan isu sosial, apalagi krisis sebesar Suriah dengan daya panggil spiritual yang begitu hebat, tidak akan membuat rugi. Jadi, separuh dana investasi di program ‘Senja’ langsung disumbangkan untuk korban krisis kemanusiaan Suriah.” Dengan demikian, investor ‘Senja’ tak perlu menunggu lima tahun baru bisa mendedikasikan dananya untuk kepentingan sosial.
Ibnu Khajar, Vice President ACT mengungkap apresiasinya terhadap keputusan monumental ini. “Sudah menjadi kecenderungan global, bisnis kapitalis sekalipun cenderung makin humanis, makin spiritual. Bisnis atau investasi yang hanya mengedepankan profit, melamban bahkan mengalami deklinasi pencapaian. Riset-riset pemasaran dewasa ini merekomendasikan semua bisnis punya wajah sosial kalau ingin tetap survive,” kata Ibnu Khajar.
Dengan program perdana ‘Senja untuk Aleppo’, kata Ibnu, PE merintis portofolio baru yang selaras dengan mottonya “Dari Seribu Pesantren untuk Dunia”. “Dunia mencatat, PE hadir di kancah krisis dunia Islam. Hari ini kita rintis peran PE di Suriah. Tidak rumit dan tidak berat kalau kita segera susul peran PE untuk Rohingya di Myanmar, untuk Palestina, Somalia, Yaman dan titik-titik krisis kemanusiaan lainnya. Kalau pun pemerintah Indonesia menghadapi 400 ribu lebih warga Suriah tewas tak keluar kalimat belasungkawa sepatah katapun, kita saja yang peduli. Kita yang menolong. Andai seluruh dunia tak berbuat signifikan terhadap krisis di berbagai belahan dunia, kita tetap tegak untuk berbuat dan menjadi alasan terbaik sehingga perhatian Allah tertuju kepada kita. Kalau Allah memperhatikan kita karena amal-amal kita, tak ada lagi yang lebih indah dan membahagiakan kita,” ungkap Ibnu.
Ibnu Khajar melaporkan, hingga hari ini Tim Sympaty of Solidarity (SOS) Syria – ACT VII masih bertahan sudah hampir sebulan lamanya di Suriah dan perbatasan Turki-Suriah. “Kami sudah tunaikan bantuan rakyat Indonesia pangan, medis. Tim sedang menyiapkan ambulans yang bantuannya terus kita digalang. Per-unit perlu dana Rp300 jutaan. Kami targetkan bisa memperoleh sepuluh unit ambulans dalam Ramadhan ini, agar bisa membantu mobilitas layanan kesehatan karena rumah-rumah sakit hancur dibombardir. Kami juga menggalang bantuan untuk pabrik roti keliling, karena pabrik roti di Suriah juga hancur. Merujuk bantuan lembaga sosial Turki, kami siapkan pabrik roti keliling dengan kapasitas produksi 5,000 paket perhari. Kalau dirupiahkan per-unit biayanya Rp1,5 miliar.”
“Semoga partisipasi yang sedikit ini, bisa menjadi pemberat tabungan amal kita di Hari Akhir, Aamiin,” kata musisi Fadly – Padi. Bintang “Ketika Cinta Bertasbih” Meyda Sefira, tak kalah prihatin atas krisis Suriah. “Lukanya adalah luka kita, dukanya adalah duka kita juga. Mari lebih muliakan diri di Bulan Penuh Kemuliaan, Ramadhan, jangan biarkan bulan ini berlalu begitu saja tanpa tebersit keinginan untuk membantu saudara-saudara kita di Aleppo,” kata Meyda yang lagu kemanusiaannya “Kulihat Dunia Menangis“ cukup dikenal sejak diunggah di Youtube. Lagu itu juga merefleksikan keprihatinan atas krisis kemanusiaan dunia, salah satunya krisis Suriah. PE sendiri juga menyuguhkan mini konser bertajuk ‘Senja untuk Aleppo’ – akan digelar di Griya Wulansari Bekasi. Konser ini antara lain didukung Fadly – Padi, vokalis Musikimia, pada 12 Juni 2016 pukul 15.00 – 18.00, bersamaan dengan Silaturahim Akbar Pesantren Entrepreneur. (*)
The post Sinergi Kemanusiaan Pesantren Entrepreneur – ACT: Selamatkan Penghafal Al-Quran appeared first on BEKASIMEDIA.COM.
Sumber Suara Jakarta