Bekasimedia – Dengan dana tax amnesty, pemerintah diharapkan berani membeli kembali (buyback) saham perusahaan telekomunikasi nasional yang dikuasai perusahaan Singapura. Tak hanya Indosat tetapi juga Telkomsel.
Telkomsel sendiri, saat ini 35% sahamnya dikuasai oleh Singapore Telecom (SingTel) sementara 65% sisanya oleh Telkom.
“Bila pada masa kampanye pilpres 22 Juni 2014, Joko Widodo (Jokowi) berjanji untuk mem-buyback Indosat, sepertinya ini tempo bagi kita mendukung beliau melunasi janjinya. Sebentar lagi hasil dari tax amnesty, uang yang kembali dari Singapura akan mengucur. Maaf kata, mengapa harus buyback Indosat bila bisa dapat Telkomsel? Dari pada kita kerja sampai temehek-mehek, yang menikmati hasilnya SingTel, lebih baik kita ambil kembali saham Telkomsel,” saran salah seorang perintis bisnis seluler di Tanah Air, Garuda Sugardo, di Jakarta, Senin (18/7/16) lalu, seperti dilansir Indotelko.
Menurutnya, Indonesia akan memiliki ruang dana yang besar jika Undang-undang Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) berjalan dengan mulus. Pada saat selesainya masa UU tersebut pada akhir Maret 2017, penerimaan pajak negara diharapkan bertambah Rp165 triliun. Diperkirakan ada dana segar Rp 4.000 triliun dana yang disimpan di Singapura berpotensi pulang ke kampung halaman. Dana yang diperoleh dari tax amnesty direncanakan Pemerintah untuk memperkuat perekonomian negara, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan sekaligus menggeber pembangunan infrastruktur di Indonesia supaya tak kalah dibandingkan dengan negeri jiran.
“Uang yang di seberang lautan diuber-uber, tapi uang yang di depan mata kok dicuekin aja? Di Indonesia ada operator seluler yang terbesar, terluas dan terkaya. Namanya Telkomsel. Operator seluler nomor wahid ini, sekarang pelanggannya berjumlah lebih dari 160 juta. Telkomsel 100% Indonesia? Ehm, ini baru kereen beneran,” katanya.
Diungkapkannya, dalam periode 2013-2014 nilai kapitalisasi Telkomsel mencapai US$ 24 miliar. Padahal, di tahun 2002, SingTel membeli saham Telkomsel 35% hanya seharga US$1,031 milyar. Nah harga itu pada tahun 2014 sudah setara dengan US$8,4 miliar, artinya dalam 12 tahun, SingTel menikmati capital gain 8 kali lipat dibandingkan saat membelinya. Di Telkomsel, Telkom memiliki saham 65%.
Laba bersih Telkomsel di tahun yang sama, 2014, mencapai Rp19,4 triliun. Artinya, SingTel menerima dividen Rp6,8 trilyun. dan Telkom sekitar Rp12,6 trilyun. Dari jumlah ini Telkom membayar dividen kepada Negara 52%. Artinya Republik Indonesia dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk menerima sekitar Rp 6,55 triliun, notabene lebih kecil dari yang diterima SingTel. Dan dividen yang diterima SingTel ini jauh lebih besar ketimbang laba kotor yang bisa diperoleh banyak BUMN kita saat ini.
“Bila tahun 2002 Telkom menjual sahamnya kepada SingTel karena kebutuhan fresh money untuk investasi, sekarang sudah tiba saatnya untuk menanggulanginya. Jangan lagi ada eksekutif yang berbasa-basi mengatakan tidak berniat apalagi berminat mem-buyback Telkomsel. Presiden Jokowi sudah mencontohkan kita untuk berani melakukan revolusi, mengapa tidak kita melakukan akuisisi,” tutupnya.
Ayo Pak Jokowi,beranikan diri ambil kembali Telkomsel! (*/eas)
The post Buyback Telkomsel Agar Dana Tak Mengalir Terus Ke Singapura appeared first on BEKASIMEDIA.COM.
Sumber Suara Jakarta