BEKASIMEDIA – Kepala Bidang Perencanaan dan Tata Kota, Erwin menyatakan, sebanyak 11 ribu pengaduan masyarakat Kota Bekasi yang masuk ke dalam aplikasi Qlue, memang tidak bisa ditanggapi oleh pemerintah kota Bekasi. Alasannya, karena tidak ada kerjasama dengan penyedia aplikasi terkait. Hal ini Erwin diungkapkan usai konferensi pers di ruang humas Pemkot, Jumat (23/11).
Erwin menuturkan, Pemkot bekasi tidak mau melakukan kerjasama dengan aplikasi berbasis android tersebut karena dinilai memberatkan beban anggaran.
“Ada 11 ribu pengaduan masuk ke qlue, namun tidak bisa direspons karena itu klaim qlue terhadap pengaduan di kota Bekasi. Padahal kita nggak ada kerjasama. Kenapa kita nggak kerjasama? Karena qlue men-charge setelah masa percobaan berakhir,” ujar Erwin.
Ia mengungkapkan, masa percobaan yang ditawarkan secara cuma-cuma oleh pihak qlue adalah 6 hingga 12 bulan, kemudian selanjutnya ada beban anggaran yang harus dibayar oleh pemerintah kota Bekasi pertahunnya, yang jumlahnya mencapai milyaran rupiah.
“Qlue ini juga kan nggak konek ke SKPD karena nggak ada kerjasama. Menurut kami, ini berat di beban anggaran. Nanti kan masyarakat juga pasti bertanya, masa sekadar begitu aja bayarnya mahal sekali?” jelasnya.
Untuk itu, Erwin mengungkapkan, akhir tahun ini akan meluncurkan aplikasi baru, yaitu Smart Online Reporting and Observation Tools (SOROT) yang merupakan CSR dari provider Telkomsel dan sama sekali tidak membebani anggaran.
“Sebelumnya kan kita bersama Telkomsel juga telah meluncurkan Patriot Operating System, saat ini kita kerjasamakan lagi dengan aplikasi Sorot. Ini gratis dan berfungsi untuk pengaduan masyarat supaya bisa ditanggapi langsung oleh pemerintah kota,” pungkasnya.
Kedepan, ia berharap aplikasi ini juga bisa menjadi parameter aparat terkait seberapa cepat pihak mereka tanggap terhadap masalah yang terjadi di masyarakat.(she/IB)
The post Ini Alasan Pemkot Bekasi tak Tanggapi 11 Ribu Pengaduan Masyarakat di Aplikasi Qlue appeared first on BEKASIMEDIA.COM.
Sumber Suara Jakarta