Sampah Sebagai Solusi Milenial Membangun Bangsa

Yogyakarta – Sebagai salah satu rangkaian dari Sociopreneur Camp (SPC) 2019, Beastudi Etos menggelar Inspiring Talk 2019 yang dilaksanakan di Auditorium MM UGM pada Sabtu (03/08). Pada sesi ini 176 penerima manfaat Beastudi Etos dan umum diajak menyelami materi-materi hebat dari pembicara mumpuni yang hadir dalam gelaran SPC 2019.

Edy Fajar Prasetyo, Founder ECO Business Indonesia, menyuarakan keresahannya akan kondisi sampah di Indonesia. Ia menjelaskan jika sampah memiliki dampak sosial bagi banyak orang, namun menjadi tugas milenial lah untuk mengubah sampah menjadi berkah.

“Sampah bisa kita peroleh secara mudah, murah dan masif, tapi di sisi lain sampah itu masalah di masyarakat. Karena itu saya berpikir, daripada tidak dimanfaatkan, mengapa tidak mengelola sampah kemasan plastik sisa konsumsi sehari-hari?” tanya Edy di Auditorium MM UGM.

Milenial dituntut memiliki ide-ide cerdas luar biasa kreatif, cara itulah yang dilakukan Edy untuk berkontribusi membersihkan sampah sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar khususnya ibu-ibu. Menurutnya menjadi penting untuk bersinergi dengan masyarakat dalam membangun potensi pemberdayaan, karena pada dasarnya masyarakat memiliki potensi besar untuk memberdayakan dirinya.

“From locally to globally. Kita tak bisa bergerak sendiri karena meski Indonesia miskin materi, tapi tak boleh miskin inisiatif. Inisiatif inilah yang kita pakai untuk berkolaborasi dengan memberikan pendampingan berbasis soft dan hard skill, menjadikan waktu kurang produktif menjadi kesempatan emas,” katanya berapi-api.

Memberdayakan masyarakat jelas bukan perihal mudah, ada beberapa hal penting perlu diperhatikan misalnya melakukan mapping dengan mencari akar masalah dan kebutuhan masyarakat sekitar, kemudian baru melakukan intervensi.

“Kalau kita bersinggungan dengan pemberdayaan masyarakat, milenial tak boleh terlalu berekspektasi untuk mengubah semua hal, cukup memantik inisiatif masyarakat saja. Kenapa? Karena berdaya itu sebenarnya dari kesadaran mereka, bukan dari kita,” kata Edy.

Sebagai peraih 3rd Winner Social Category ASEAN Leaderpreneur 2015 dan Top 5 Wirausaha Sosial Wirausaha Muda Mandiri Nasional 2016, Edy paham betul jika polemik sampah akan selalu menjadi isu terhangat. Hanya saja, ia menambahkan, peran milenial sebagai agen perubahan sangat diperlukan dalam tindakan nyata untuk mengurai masalah tersebut.

“Saya pikir, berkolaborasi jauh lebih berarti daripada berkompetisi,” tutupnya. (AR)

 



Sumber sumbar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama