Pedagang Sayuran: Kalau Harga Mahal Itu Karena Permainan Tengkulak

Bekasimedia – Kejamnya ibukota memaksa para pedagang kecil terus mengikuti apa kata penguasa negara. Sandiwara tengkulak seakan bertahta di atas dunia pemenuh bahan pangan.

Kebutuhan bahan pokok merupakan salah satu hal wajib yang harus dipenuhi. Para pelakon kehidupan dengan mudahnya mencari kebutuhan itu ke pasar-pasar tradisional yang disiapkan pemerintah. Begitu pula para pedagang yang siap melayani pembeli dengan segala jurus tawar-menawar.

Raden Manurung misalnya, salah satu pedagang bahan pokok di Pasar Ciracas, Jakarta Timur. Wanita yang mempunyai satu anak ini, hadir di pasar pukul 03.00 WIB. Matahari pun kalah cepat bangun dari para pedagang lainnya.

Hitam gelap masih menyelimuti pagi itu. Para pedagang menyiapkan segala formasi dan strategi penjualan. Pembeli mulai terlihat satu per satu memadati pasar pukul 05.30 WIB.

Berjualan bahan pokok bagi Raden Manurung merupakan suatu keuntungan besar yang banyak dicari para pembeli. “Buah-buahan kan tambahan, kalau ini kan pokok. Boleh kita satu minggu gak usah makan buah, coba kita satu minggu gak makan cabai, Rp2.000 bisa beli bayam gak mungkin kita beli jeruk satu biji,” tutur Raden.

Menjalani sebagai pedagang kecil tentu mengalami masa sulit. Namun, wanita yang mempunyai motto “sejahtera ke depan” ini tidak pernah menganggap adanya masa sulit.

“Kalau sayuran sih enggak, contohnya cabai ini seperempat Rp10.000, ada nenek-nenek yang lewat, ‘Bu beli cabai dong sedikit’ (sambil menirukan memberi uang Rp500). Kenapa kita harus sulit? Kita kasih aja seadanya,” ujar Raden.

Menjadi pedagang kecil sering kali harus menerima omongan yang tidak enak didengar. Pedagang kecil selalu menjadi tonggak ekonomi kebutuhan pangan. Bila harga BBM sudah naik, harga kebutuhan sembako pun ikut membeludak naik.

Alasannya bukan lain para agen atau pengantar barang dagangan mempermasalahkan uang bensin. Mau tidak mau para tengkulak mulai memainkan harga untuk menyeimbangi jasa transportasi agen.

Kondisi ini diperparah akan ketidaktahuan pembeli yang menyebabkan sembako naik. Pembeli asal menuduh pedagang kecil bila harga kebutuhan pangan tak kunjung menurun. Padahal, naik atau tidaknya sembako berada di tangan tengkulak, si Pemilik awal sembako.

“Masa BBM turun sembako malah naik, yang digencet  pasar kecil, contohnya aja tomat Rp 20.000 pembeli menawarnya langsung Rp15.000, kan kita lagi yang digencet. Padahal, itu semuanya permainan tengkulak. Jadi pemerintah seharusnya memperhatikan apa yang dilakukan tengkulak,” ucap Raden.

Oleh : Zakiah Hidayati
Mahasiswa PNJ Prodi Jurnalistik (Penerbitan)

The post Pedagang Sayuran: Kalau Harga Mahal Itu Karena Permainan Tengkulak appeared first on BEKASIMEDIA.COM.



Sumber Suara Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama